Selasa, 23 Juni 2015

Someday morning

Pagi itu mataku masih malas2an untuk bangun. Padahal, sejak jam 1 dini hari aku sudah tersentak. Jam 2, dan jam 3 tersentak lagi. Terdengar suara gemericik air dari kamar mandi. "Mama", pikirku dalam hati.

Tak langsung beliau melanjutkan tidurnya. Padahal, hari masih sangat pagi. Masih jam 3an. Terdengar sesuatu dari belakang dapur. Mama sibuk menyiapkan makanan untuk sahur. Seharusnya, aku membantunya. Tapi entah kenapa, aku tetap saja malas untuk bangun. Mataku masih berkedip2. Aku sudah sadar. Hanya saja, badanku sulit untuk bangun.

"Ma, maafkan aku," ungkapku beberapa saat kemudian. Baru saja aku sadar, beberapa saat. Setelah wajah tak lagi berhadapan, saat bayang tak lagi nyana. Saat tak ada lagi terdengar suara. Saat tak ada lagi hal yang bisa membuatku dekat dengannya.

Setengah 5. Beliau membangunkanku. " Sahur, bangunlah nak," kata mama. Aku menggerutu. Menyaksikan betapa malasnya diriku yg sulit untuk bangun. Entahlah. Perasaanku bercampur baur. Campur aduk. Waktu berjalan begitu cepat, sedang aku masih tetap ingin disini. Waktu sahur menandakan, aku akan segera meninggalkan tempat ini.

Dan itulah yg membuat pergerakanku melambat. Berharap sang waktu ikut melambat pula.

Nyatanya, tetaplah berjalan seperti itu juga. Tak bisa dipercepat, apalagi diperlambat.

Ah, kadang dunia begitu kejam. Tapi, kalau tidak kejam pada diri sendiri, maka bersiaplah dunia yg akan memakan.

Ba'da sahur. Subuh. Papa memberi tenggat waktu 15 menit lagi harus selesai. Siap2 berangkat.

Masih dg ogah2an. Masih ingin tetap disini... belum ingin segera pergi.

Alhasil, tibalah saat itu. Waktu beranjak pergi. Akupun harus segera pergi. Meninggalkan segalanya....

Ah. Kenapa selalu saja begini. Selalu saja. Terkadang aku kasihan pada diriku sendiri. Terlalu lemah.

But, its never mind. Selagi aku masih bisa merasakannya, selagi aku masih dapat menciumnya, selagi aku masih bisa bercerita tentangnya, ya, aku masih hidup dengan sejuta kenangan.

Kenangan yg lalu, kini, dan yang akan datang.

Setiap orang hidup dalam sejuta kenangan. Entah itu indah, entah sedih. Mungkin suatu saat, aku akan merindukannya. Sama seperti halnya aku tak ingin melepaskannya. Tapi, hidup akan terus berjalan. Tanpa henti, walau kita sudah mati.

Tinggallah perasaan. Tinggallah dalam kedamaian.

Tidak ada komentar: