Selasa, 29 April 2014

Ukhty, Sebegitu Sibukkah Dirimu?



Ukhty, Sebegitu Sibukkah Dirimu?

Apakah dunia ini begitu menyibukkanmu, hingga kau melupakanku?

Saudariku, sore ini kuingat masa-masa indah saat kita selalu bersama dalam suka dan duka. Dalam canda tawa yang ikhlas, keluar mengalir dari hati ke hati, tanpa beban, tanpa pikiran. Dulu, saat waktu kita tuk bersama tak terbatas, entah itu terbatas oleh jadwal atau pikiran masing-masing. Saat ini, kurasa, meski telah kucoba tuk merangkai kata seindah dulu, menjalin situasi dan kondisi seperti itu, tapi kau terlalu sibuk, ukhty.

Maafkan aku, yang jika kata-kataku pernah menyinggungmu, atau sikapku yang blak-blakan terhadapmu. Hanya saja, kekhawatiranmu yang berlebihan terhadap pikiranmu, apakah harus ikut-ikutan memisahkan kita? Telah kucoba untuk bersikap seperti biasa, namun lagi-lagi kadang butuh waktu lama menunggu responmu. Ukhty, apa duniamu sendiri, begitu menyibukkanmu? Tak adakah lorong bagiku untuk bisa masuk ke dalam duniamu? Agar bisa sedikit kau bagi kesulitanmu denganku, dan kita pecahkan bersama-sama?

Jika saja waktu bisa diundur, jika saja “sesuatu” yang selama ini menjadi polemik bagiku, bagimu, dan bagi semua kawan-kawan pencari ilmu akhir tahun itu bisa disiasati lebih baik, maka tak akan begini jadinya. Maafkan aku, ukhty, mungkin barang waktu yang lain aku juga sempat melewatkanmu akibat kesibukanku. Tapi sedapat mungkin aku berusaha tak condong sebelah saja pada kesibukanku. Ukhty, kapankah masanya sesuatu itu dapat terlewati tanpa meninggalkan setitik noda dalam ukhuwah ini? Noda yang membuat gersang ukhuwah ini? Bukan padamu seorang aku merasakan hal ini, sungguh. Hanya saja, kau yang selama ini paling dekat denganku di antara yang dekat, yang mengerti aku di antara yang juga mengerti. Sulitkah, ukhty?

Baru kusadari, ujian ukhuwah ini dapat datang dari mana saja. Tak harus keegoisan, marahan, atau sifat ke-aku-an lainnya yang menonjol, yang membuat persaudaraan meregang. Aku hanya ingin, sedikit saja ukhty, kau mulailah kurangi kebiasaanmu menyelesaikan masalahmu sendiri. Bukan aku lebih baik darimu, hanya saja aku ingin kita bisa bersama dalam suka, dalam duka. Masalah kita, masalah bersama, yang tak akan jauh-jauh titik permasalahan dan penyelesaiannya. Meski kau seorang yang lebih suka menyendiri, tapi pedulikanlah saudarimu lainnya, ukhty, kita kuat karena bersama.

Ukhty, tak ada istilah malu dalam ukhuwah, malu karena saudara kita selangkah lebih maju, atau malu karena kita yang tak ada progress. Sungguh ukhty, jika kita menyatukan pikiran dan emosi ini, akan jelas tampaklah seberkas cahaya penyatuan visi dan misi, bersama-sama dalam kebaikan, bersama-sama meraih impian, tidak hanya orientasi dunia ukhty, akhirat terutama lagi. Kuharap, jika engkau membaca tulisanku ini, jika kita masih terbelit dengan “sesuatu” itu, marilah bersama-sama kita perkuat lagi ikatan ukhuwah kita, bisa karena bersama. Dan jika kau baru menemukan tulisan ini setelah melewati badai akhir tahun ini, kuharap ikatan ukhuwah kita akan semakin kuat, dan lebih baik lagi untuk ke depannya. Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin.

Ana uhibbuki fillah... Ukhty..

Resume Jurnal Kejang



Tinjauan pustaka: Fenomena Atonik pada Kejang Fokal : Tatanama, Temuan Klinis, dan Konsep Patofisiologi

Abstrak

Sejak dahulu kejang atonik identik dengan pasien yang mengalami epilepsy generalisata (umum). Namun seiring dengan meningkatnya atonia iktal yang dikenal sebagai kejang fokal, serta banyaknya kasus pasien dengan resistensi farmakologi epilepsy yang menampakkan atonia membuat definisinya sedikit kabur. Oleh karena itu, mengenali manifestasi klinis dari kejang atonik serta patologi dan anatomi penting untuk membentuk hipotesis tentang onset kejang pada epilepsy. Disini dipaparkan tatanama, definisi untuk fenomena atonik, patofisiologi dari atonia fokal berdasarkan manifestasi klinik, didukung oleh laporan kasus. Sehingga nantinya pengetahuan tentang kejang atonik fokal lebih baik dan dapat menangani kasus yang berhubungan di klinik.

Pengantar

Kejang atonik sejak dahulu sering muncul pada pasien epilepsy generalisata, sehingga merupakan manifestasi klinis dari kejang generalisata. Dari hasil observasi terakhir ditemukan bahwa atonia juga dapat terjadi pada pasien dengan epilepsy fokal, terutama dengan manifestasi atonia ekstremitas. Tinjauan untuk kejang atonik pada epilepsy generalisata cukup banyak, sedangkan tinjauan atonia sebagai manifestasi dari epilepsy fokal masih jarang. Untuk itu, disini akan dibahas secara mendalam mengenai kejang atonik fokal yang bermanfaat untuk membantu klinisi dalam mengenal dan memahami tipe kejang yang sering terlupakan.
Tatanama dan definisi kejang atonik fokal

Kejang atonik fokal adalah kejang parsial dengan manifestasi iktal berupa paresis atau paralisis dari satu atau lebih bagian tubuh. Kejang ini dapat dibedakan dari paresis Todd yaitu terjadi atonia umum setelah kejang motorik fokal. Dan untuk tatanamanya, banyak variasi istilah yang cukup membingungkan, beberapa dari istilah tersebut contohnya mioklonik epileptik negatif yang menyiratkan periode atonia yang berbeda durasinya tergantung kelompok otot tertentu yang mengalami kelemahan. Noachtar dan Luders menggunakan istilah akinetik daripada kejang atonik. Namun kejang akinetik terjadi karena kurangnya inisiasi untuk bergerak dan hasil EEG simultan sering tidak tampak (berbeda dengan kejang atonik).

Manifestasi klinik dari kejang atonik fokal

Pada sindrom BECTS yang terjadi pada anak-anak, kejang atonik digambarkan dengan atonia trunkus dan leher. Serangan singkat, dan berespon baik terhadap steroid atau immunoglobulin. Biasanya atonia berhubungan dengan kejang yang muncul dengan tanda sensorik atau motorik. Aura juga dapat terjadi sebelum atonia, biasanya melibatkan aura somatosensorik, rasa tidak nyaman di dada atau tidak spesifik.

Patofisiologi dari kejang atonik fokal

Dapat dilihat dari rekaman intrakranial kejang atonik spontan, stimulasi kortikal, serta perangsangan atonia. Aktivasi PNMA/SNMA juga dapat dilihat karena adanya kerusakan dari aktivitas otot yang dapat dirangsang dengan stimulus listrik intracranial. Aktivasi area motorik primer yang berhubungan dengan respon motorik negative, serta aktivasi jaras kortikoretikulospinal.

Kesimpulan

Atonia dikenal sebagai fenomena iktal pada kejang fokal dengan tatanamanya yang belum konsisten dari sekian banyak tipe kejang. Kejang atonik diartikan dengan rekaman EEG yang simultan dari kejang atonik fokal termasuk atonia ekstremitas dan batang tubuh. Mekanisme pastinya masih belum sepenuhnya dimengerti, mengingat perbedaan konsep aktivasi area motorik primer dan motorik negative serta aktivasi jalur kortikoretikulospinal. Masih butuh pengalaman klinis lebih lanjut untuk menentukan lokasi yang tepat dari kejang ini.

Keteguhan Hati dan Jurus yang Menyambut Cita



My journey to be a doctor
by: MisteriousMd


Bukan hal yang mudah untuk memasuki dunia perkuliahan. Apalagi memilih jurusan yang sangat diminati di negeri ini, kedokteran. Persaingan tinggi, daya tampung sedikit. Sempat membuat saya sedikit takikardi (cemas) juga. Untuk meraih cita-cita mulia sejuta umat ini, haruslah menyisingkan lengan, mengorek koceh dalam, bahkan sampai tidak makan karena harus bergadang semalaman. Seolah mengalami distorsi waktu dan kembali ke masa-masa menggapai cita.

Memasuki 1 tahun penuh perjuangan, detik-detik mempertaruhkan cita-cita dan masa depan, kuawali dengan melancarkan jurus ampuh dan jitu agar bisa lulus UN dan SNMPTN. Jurus pertama, mengumpulkan buku bank soal, baik yang didapat langsung dari warisan kakak, meminjam ke senior, atau harus berjubel meminjam buku ke pustaka. Banyak tips dan trik yang disajikan buku-buku tersebut, lumayanlah sebagai pengantar memotivasi diri. Tapi bagaimanapun juga, yang namanya buku, setebal apapun itu harus dibaca dan dipelajari. Tidak sekedar menjadi perias meja belajar, atau menjadi bantal yang empuk untuk tidur. Intinya, miliki dulu amunisi sebelum berperang.

Nah, jurus yang kedua adalah mengikuti bimbingan belajar. Tak dapat dipungkiri lagi, memang butuh sedikit pengorbanan finansial pada jurus ini. Apalagi bisa dikatakan aku berasal dari keluarga dengan kelas ekonomi menengah. Kualitas sebanding harga, jargon yang cukup menggelitik tapi ada benarnya juga. Saat itu aku memilih lembaga bimbel paket satu tahun untuk persiapan UN plus SNMPTN. Memang mahal, tapi setidaknya dengan itu aku bertekad untuk sungguh-sungguh, dengan kekuatan dan keteguhan hati untuk konsisten dari awal sampai akhir, sebuah bentuk komitmen atas pengorbanan. Dari sinilah kelak gambaran medan perang yang akan ditempuh tampak jelas sebelum berperang.

Banyak hal yang didapatkan dari lembaga bimbel yang tidak kudapatkan seutuhnya di sekolah. Belajar mengenali diri sendiri, gaya belajar, bidang ilmu apa yang menjadi kekuatan atau kelemahan, adalah segelintir dari manfaat lembaga bimbel. Metode belajar dengan konsep, try out, passing grade, daya tampung, jumlah peminat, serta info terupdate seputar ujian sekali lagi bisa dijadikan latihan dalam mempersiapkan diri sebelum terjun ke perang menempuh ujian yang sesungguhnya.

Next, lanjut ke jurus yang ketiga, jurus terakhir tapi sangat membekas dalam hatiku, yaitu rajin-rajinlah bermimpi. Memang hal ini sering dianggap sepele tapi cukup penting dalam menggapai cita-cita. Kadang pernah terbersit di dalam hati sanubari perasaan lelah, lemah, pasrah, pesimis, bahkan tak jelas tujuan. Nah, di saat itulah aku mencoba untuk bermimpi, apa yang akan terjadi jika aku lulus, lalu diterima di jurusan yang kuminati, menjadi dokter, bisa ini dan itu, dan segala macamnya. Segalanya dapat bermula dari mimpi, dan itulah pelita hati sebelum menghadapi perang, bermimpi meraih kemenangan.

Jurus telah dipersiapkan, telah dipelajari, dan siap untuk digunakan. Langkah awalku saat itu yang pertama sekali adalah mencoba keberuntungan, dengan mendaftar jalur PMDK. Waktu itu aku mencoba ikut mendaftar PMDK Unand. Maksud hati hendak memilih jurusan pendidikan dokter Unand, tapi sayang sekali saat itu tidak ada kuota untuk sekolahku pada jurusan tersebut. Tapi aku tetap mencoba, walau harus memilih jurusan lain, beralih hati kepada jurusan keperawatan dan kesehatan masyarakat. Selang beberapa bulan kemudian, hasilnya pun keluar. Sedih rasanya saat mengetahui aku tidak lulus. Lantas dalam hati kecil aku berkata dan berusaha menyemangati diri sendiri, bahwa perjuangan masih panjang, masih belum berakhir.

Sedikit beralih dari proses penggapaian cita-cita, sebenarnya orang tua dan keluarga sangat mendukung cita-citaku menjadi dokter. Apalagi aku tinggal di pinggiran kota yang tidak ada dokter, yang ada hanya bidan. Jika ingin berobat dengan dokter ya harus ke rumah sakit dahulu atau ke tempat praktik dokter di pusat kota. Jadi, aku bertekad akan berusaha lebih giat lagi, tetap berteguh hati dengan cita-cita, meski tak dapat juga dielakkan sindiran ataupun rasa ketidakpercayaan dari orang lain terhadap pilihanku. Apapun itu, yang terpenting aku telah berusaha menyusun jurus, mempersiapkan amunisi dan senjata, memetakan konsep perang, mengatur strategi dan cara pencapaian kemenangan dalam perang.

Kembali lagi ke fokus mencapai tujuan. Sasaran sudah di depan mata, setelah lulus UN aku mulai fokus bimbel intensif SNMPTN. Sesuai target awal, jurusan kedokteran tetap menjadi pilihan pertama. Cukup banyak kabar ujian masuk perguruan tinggi mandiri baik negeri maupun swasta dalam negeri yang datang silih berganti. Tapi aku telah bernego dengan diri sendiri untuk memilih perguruan tinggi negeri, sekali lagi mengingat biaya kuliah swasta yang cukup mahal, apalagi yang sekolah tidak diriku seorang, ada adik dan kakak yang masih ditanggung pembiayaannya oleh orang tua. Sungguh, sedikitpun aku tidak ingin memberatkan dan menyulitkan mereka.

Sempat aku iri serta kasihan melihat teman yang bisa ikut segala macam tes ujian masuk, dengan biaya tes yang rata-rata cukup mahal menurutku dibandingkan tes SNMPTN, hanya sekedar menguji atau mencoba keberuntungan, tanpa usaha keras untuk mengikutinya. Atau bahkan sekedar lulus, diterima di perguruan tinggi manapun asal berprediket kuliah, menjadi mahasiswa. Bukan itu, menurutku tujuan kuliah adalah meraih cita-cita, yang pastinya telah terpatri sedari kecil, setidaknya membuka sedikit celah napas masa depan kita.

Aku hanya mengambil dua pilihan ujian saat itu, dengan berbagai risiko yang berjubel dan melimpahi benakku, keoptimisan versus kekhawatiran tidak lulus. Pertama kali aku mengikuti UMB (Ujian Masuk Bersama), yang saat itu ujiannya berlokasi di UNP, diadakan hari Sabtu, tanggal 22 Mei 2010. Dengan pilihan jurusan yang tetap dari awal, kupilih kedokteran Unand dan USU. Masih segar dalam girus otakku, bagaimana jalannya ujian tersebut, mulai dari perjalanan menempuh kota Padang H-1 ujian, belum lagi cuaca kota Padang yang panas sehingga malamnya aku tidak bisa istirahat dengan tenang karena tubuh belum adaptif, serta sulitnya berkonsentrasi dan menahan rasa kantuk saat ujian. Apalagi soal ujiannya yang mengandalkan penalaran. Alhasil, aku masih belum dinobatkan untuk lulus, sekali lagi itu membuatku bersedih.

Selang beberapa saat kemudian, aku mencoba mengikuti ujian terakhir dalam menempuh pencarian cita-citaku untuk kuliah di PTN jurusan kedokteran, yaitu ujian SNMPTN. Ujian yang konon kabarnya peminatnya sangat luar biasa, dan luar biasa juga daya tampungnya, berbanding terbalik dan unbalance. Kalau diperkirakan bisa mencapai 1 : 10. Dan kali ini, aku tidak ingin kecolongan lagi, tekad sudah bulat, apapun itu akan kuhadapi dengan kuat. Tak ingin lagi kumenangis atau bersedih dengan keterpurukan yang terjadi sebelumnya.

Disamping semua usaha, jurus, dan tekad itu, ada satu kunci yang tak pernah kulupakan. satu kata, satu ayat, dan satu surat yang menjadi motivasiku. Satu kata, yaitu manjadda wajada (siapa yang bersungguh-sungguh, insyaallah akan mendapat), satu ayat, yaitu Q.S. Yunus 62 yang artinya : “Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati”, dan satu surat, yaitu QS. Al Insyirah yang menjelaskan tentang kesulitan dan kemudahan itu ibarat mata uang, ibarat roda pedati, bersama kesulitan ada kemudahan dan begitupun sebaliknya. Itulah kunci semangatku untuk terus berusaha sampai akhir, afirmasi diri dengan kata-kata kunci tersebut, sehingga aku tetap optimis walau harus jatuh berkali-kali.

Akhirnya hari yang mendebarkan itupun datang. H-3 menjelang ujian, aku sudah standby di Padang, sedikit mengurangi stress fisik serta beradaptasi dengan cuaca Padang. Benar-benar persiapan ekstra kulakukan agar tercapai cita-citaku kuliah di kedokteran. Orang tua pun ikut mendukung dan mendoakanku agar sukses menjalani ujian, setiap orang tua pasti ingin yang terbaik bagi anaknya. Tidak lupa juga aku berdoa kepada Allah agar dikabulkan segala permohonan serta dimudahkan dalam ujian atas segala usaha yang telah kulakukan.

Ya Rabbi, semoga ujian kali ini menambah keimanan hamba, sehingga meningkatkan ketakwaan serta kesabaran hamba.
Ujian SNMPTN kali ini tidak seribet tahun lalu, cukup daftar online dan cetak kartu ujian sendiri. Masih komitmen dengan cita-cita, memilih jurusan kedokteran Unand sebagai pilihan pertama. Saat itu ujian SNMPTNku berlokasi di SMAN 1 Padang Jln. Jenderal Sudirman, diadakan dua hari berturut-turut yaitu Rabu dan Kamis tanggal 16-17 Juni 2010. Ujian yang terdiri dari dua hari ini, hari pertama tes potensi akademik dan tes bidang studi dasar, sedangkan hari kedua tes bidang studi IPA.
Alhamdulillah, saat mengerjakan ujian aku merasa lebih rileks dari sebelumnya, aku telah memberikan segala daya dan upaya semaksimal mungkin saat itu, meski tidak semua jawaban terisi dengan sempurna. Setidaknya jurus dan senjata yang dipakai saat perang tadi sudah dipersiapkan, sudah diasah setajam mungkin sehingga kemungkinan untuk menang ada di depan mata. sekarang tinggal menunggu waktu satu bulan sebelum hasil SNMPTN dikeluarkan.

Selama masa penantian itu, perasaan harap cemas dan kekhawatiran tak dapat dielakkan lagi datang silih berganti. Pun orang tua juga demikian rasanya. Mereka memberi pilihan kepadaku untuk mengikuti satu lagi ujian masuk perguruan tinggi, tapi di akademi kesehatan milik pemerintah. Pilihan jurusan yang ada di sana adalah kebidanan, keperawatan, kesehatan gigi, ilmu gizi, dsb. Awalnya aku sama sekali tidak tertarik bahkan tidak terpikir untuk menjadi bidan, perawat, atau apapun selain menjadi dokter. Memang pilihan yang sulit, karena saat itupun aku juga tidak bisa memastikan apakah aku lulus ujian SNMPTN atau tidak. Orang tua memberi pencerahan, setidaknya kalau aku tidak lulus kuliah di kedokteran, aku bisa kuliah di sana dan menjadi bidan, masih berkiprah di bidang kesehatan. Akupun menyetujui kehendak mereka dan mengikuti tes Akademi tersebut beberapa hari post ujian SNMPTN.

Suasana ujian tidak seperti sebelumnya, yang menegangkan dan membuat pusing kepala, entah karena terpaksa atau tidak ada pilihan lain. Semuanya berjalan begitu cepat, seminggu setelah tes, hasilnya langsung keluar. Alhamdulillah ternyata aku lulus. Kemudian mendaftar ulang, tes kesehatan, dan akan segera menjalani ospek di sana, kampus baru yang akan menjadi tempatku kuliah nanti, sungguh di luar dugaan dan impian. Dunia serasa kosong, entah apa yang hilang dari dalam hatiku, semuanya berjalan begitu cepat, hasil ujian SNMPTN masih belum ada kabar beritanya.

Badanku lemas, seolah aku merasa hidup tapi tak memiliki semangat hidup. Cukup dalam aku berpikir, apakah aku ditakdirkan disini, kuliah disini, menjadi bidan, tidak menjadi dokter seperti yang aku impikan dan aku cita-citakan. Bagaimana mungkin rasanya seperti ini, menjadi bukan diriku sendiri, bukan aku menyalahkan orang lain, atau kecewa dengan keputusan orang tua yang tetap melanjutkan proses penerimaan mahasiswa baru di sana, segalanya telah diurus, biaya masuk, uang baju, praktikum, bahkan aku sudah mengenakan almamaternya, kartu mahasiswanya pun sudah punya, beberapa langkah lagi tinggal mengikuti ospek, dan mengurus tempat kos. Benar-benar sesuatu di luar harapanku. Beberapa hari lagi pengumuman hasil SNMPTN, bahkan aku sama sekali tidak bersemangat untuk melihatnya.

Goncangan jiwa itu terus membuncah dalam hati, merasuk ke dalam sanubari yang sedikit kosong karena tak tahu lagi hendak akan melangkah kemana. Saat itu, pengumuman SNMPTN hari Sabtu, pukul 12.00 WIB dini hari. Teman-temanku sudah bersiap-siap menyambut momen yang menegangkan, indah bagi sebagian orang atau mengharukan bagi beberapa orang lain. Ada yang berkumpul melihat di warnet, di rumah saja dengan fasilitas komputer dan modem, atau dengan Hp berfasilitas internet. Semua menunggu sambil harap cemas, tapi tidak denganku.

Tidak seperti biasanya, malam itu aku memilih untuk tidur lebih cepat. Serasa tidak ada lagi sesuatu yang bisa merubah suasana hati ini. Baru pukul 20.00 WIB aku langsung tidur, dan konsekuensi tidur cepat, aku terbangun juga cepat sekitar pukul 03.00 WIB. Mencoba untuk tidur kembali tapi tidak bisa, seperti ada sesuatu yang mengganjal dalam hati. Iya, pengumuman SNMPTN sudah keluar, apakah aku lulus atau tidak? Itu menjadi pertanyaan yang membuatku sedikit sakit perut saat itu. Langsung saja kuambil Hp, lalu mencoba koneksi dengan alamat web SNMPTN, dan disana tertulis kata-kata silakan masukkan nomor peserta anda. Kumasukkan nomornya, lalu klik, loading, dan hasilnya keluar, selamat, anda lulus di prodi pendidikan dokter Unand.

Sontak aku merasakan ada sesuatu yang mengalir dari kepala ke jantung, menambah takikardi, seolah-olah tak percaya, tapi saat itu aku berucap Alhamdulillah, sambil sedikit memekik di keheningan pagi, spontanitas keluar kamar dan membangunkan kedua orang tuaku. Mereka terkejut dan berucap Alhamdulillah seraya memberikan selamat kepadaku. Tak terasa cairan hangat itu mengaliri pipiku. Sungguh suatu kenikmatan pagi yang tiada tara, hingga aku benar-benar terjaga dan tak bisa memejamkan mata hingga Shubuh.

Alhamdulillaahirobbil ‘alamiin.
Semoga bermanfaat.

Psikologi Memaafkan



Hal tersulit itu meminta maaf. Entah kenapa, lidah terlalu kelu, terlalu kaku untuk mengatakan kata “maaf”. Tapi, apapun itu, daripada memilih untuk tidak dahulu meminta maaf, sama saja memilih untuk terus bergelimang dosa, karena diri ini merasa masih saja berlumuran dosa dan salah kepada orang tersebut. Apalagi saat bertemu langsung orangnya, perasaan egois dan berusaha menghindar berkecamuk menjadi satu. Kalau saja bisa kabur atau menghilang saat itu juga dari hadapannya, itulah “first action” yang akan kulakukan. Tahukah kalian, memang sulit bagiku untuk dahulu meminta maaf, apalagi konflik yang terjadi itu berawal bukan dari kita sendiri.

Begitu susahnya meminta maaf, bahkan kata-kata yang keluar pun sedemikian kecilnya, tak berani menatap lawan bicara langsung. Ya Rabb, begitu kelukah lidah ini? Begitu tinggikah egoisme diri ini? Begitu merasa paling benar dan paling baikkah diri ini? Kata maaf itu memang sulit untuk keluar secara gamblang. Hanya waktu yang bisa berkata, tapi dalam agama saja belum sempurna iman seseorang jika lewat 3 hari tak bertegur sapa dengan seseorang yang dianggap “musuhan” lantaran masalah sepele. Barangkali, hanya Allah yang lebih tahu duduk permasalahannya.

Dan lagi, ini untuk yang pertama kalinya aku memberanikan diri meminta maaf langsung setelah dinasehati pertama kalinya juga oleh seseorang yang seumur hidupku belum pernah sebijak itu. Dan lagi-lagi, meski aku kecewa, tak sesuai jawaban yang kau harapkan terlontar dari mulutnya setelah aku minta maaf, seolah beliau menyesali sikap protektifnya padaku. Aku tak berkeberatan dengan itu, hanya saja penyampaiannya yang menusuk hatiku, sungguh. Untuk kata-kata yang satu itu tak tahu lagi caranya bagaimana aku bisa untuk meredam kejengkelanku. Kenapa harus kalimat itu yang dihubungkan dengan keteledoranku? Memang aku salah, tak seharusnya aku berkata lebih tinggi, lantaran aku kesal karena kalimat beliau yang seolah “skakmat” bagiku dan perih bagiku.

Ya Rabb, hamba hanyalah hambaMu yang nista, penuh dosa, namun hamba ingin memperbaiki diri, tetap ingin berubah lebih baik. Jikalau hamba berdosa ampunilah ya Rabb. Permintaan maaf itu, meski sulit kukatakan, akhirnya bisa kukatakan juga. Meski sebagai jawabnya tak sesuai harapku, malah menambah luka hatiku, tapi aku sudah memaafkannya, dan sudah melupakannya. Hanya saja, jika ke depannya akan seperti ini lagi, aku tak tahu lagi apakah masih bisa bertahan dengan ancaman itu atau tidak.

Check It Out, My Personal Evaluation



Brain Works- Personal Evaluation

Waishi, you exhibit an even balance between left- and right- hemisphere dominance and a slight preference for visual over auditory processing. With a score this balanced, it is likely that you would have slightly different result each time you complete this self – assessment quiz.

You are a well-rounded person, distinctly individualistic and artistic, an active and multidimensional learner. At the same time, you are logical and disciplined, can operate well within an organization, and are sensitive towards others without losing objectivity. You are organized and goal- directed. Although a “thinking” individual. You “take in” entire situations readily and can act on intuition.

You sometimes tend to vacillate in your learning styles. Learning might take you longer than someone of equal intellect, but you will tend to be more thorough and retain the material longer than those other individuals. You will alternate between logic and impulse. This vacillation will not normally be intentional or deliberate, so you may experience anxiety in situations where you are not certain which aspect of yourself will be called on.

With a slight preference for visual processing, you tend to be encompassing in your perceptions, process along multidimensional paths and be active in your attacking of situations or learning.

Overall, you should feel content with your life and yourself. You are, perhaps, a little too critical of yourself- and of others- while maintaining an “openness” which tempers that tendency. Indecisiveness is a problem and your creativity may not be in keeping with your potential. Being a pragmatist, you downplay this aspect of yourself and focus on the more immediate, obvious and the more functional.

Masjid Raya Sumbar



A. Masjid Raya Sumbar Tempat Ibadah Terunik di Dunia

Seperti kita ketahui, bahwa banyak sekali arsitektur masjid yang masih mempertahankan arsitektur peradaban asli suku bangsa setempat di dunia ini, disebabkan bangunan tersebut telah ada dan dibangun pada zaman awal masuk dan berkembangnya agama Islam. Terdapat kategori “7 Simply Amazing Mosques” di dunia. Dimana Masjid Raya Sumbar berada di urutan ke-7 setelah Masjid Agung Djenné di Afrika Barat, Masjid Agung dari Xi’an di Cina, Mesjid Agung Samarra di Irak, Masjid Jami-Ul-Alfar, di Kolombo Sri Lanka, Masjid Dublin di Irlandia, dan Masjid Assyafaah di Singapore.

Pemerintah Propinsi Sumatera Barat berusaha mewujudkan land mark selain yang ada di Sumbar yaitu Jam Gadang di Kota Bukittinggi, sehingga akan ada land mark baru bernama “Mahligai Minang”. Ini adalah hasil karya arsitektur pemenang sayembara yang diikuti 323 arsitek dari sejumlah negara.

Mahligai Minang tidak semata-mata sebuah masjid, tetapi sebuah identitas yang akan menjadi pusat peradaban, dimana salah satu bangunan utamanya adalah bangunan masjid. Disitulah perpaduan antara Islam dan Minangkabau, dengan melengkapi bangunan atau ruangan, antara lain; ruangan atau bangunan lembaga pendidikan seperti perpustakaan, tempat rekreasi keluarga sakinah, ruang serba guna yang menampung 3.000 orang yang bisa digunakan untuk seminar, pertunjukan kesenian, dan sebagainya.

Masyarakat Minangkabau yang sebagian besar adalah penduduk wilayah Propinsi Sumatera Barat dalam menjalankan kehidupan sosial budayanya tetap berpegang teguh pada adagium adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah (ABS-SBK). Oleh karena itu, sejak dulu sampai sekarang, masjid sebagai representasi kehidupan merupakan salah satu ikon budaya yang penting.

Masjid tidak saja dapat dijadikan ukuran dari keberhasilan masyarakat suatu wilayah/nagari, tetapi sekaligus menjadi sebuah kebanggaan masyarakat di nagari tersebut. Itulah sebabnya sampai sekarang, setiap orang Minangkabau baik yang di kampung maupun yang di rantau selalu bergairah dan berlomba-lomba membangun dan memakmurkan masjid. Dengan demikian, masjid menjadi sentral kegiatan sosial kemasyarakatan. Di dalam adatnya disebutkan, sebagai salah satu syarat bagi sebuah nagari antara lain adalah babalai bamusajik. Adanya balai tempat bermusyawarah ninik mamak dan adanya masjid untuk aktivitas keagamaan dan ilmu pengetahuan.

Masjid Raya Sumbar merupakan bangunan utama Mahligai Minang, yang mengambil dan mengaktualisasikan kembali seni dan arsitektur bangunan “Minangkabau pada masa peradaban kebudayaan awal”. Keunikannya terletak pada bentuk bangunan yang berarsitektur perpaduan modern dan tradisional rumah adat Minangkabau dengan ciri khas atap runcing.Selain itu, struktur dan arsitektur bangunan masjid dibangun dengan desain konstruksi anti guncangan kuat sehingga diharapkan aman dari gempa berkekuatan besar.
Masjid Raya Sumbar tengah dibangun dengan ukuran bangunan 18.091 meter persegi di jalan Khatib Sulaiman pada satu sisi dan sisi lain di Jalan K.H Ahmad Dahlan berada di pusat Kota Padang dengan biaya pembangunan hingga Rp507,82 miliar. Tempat ibadah yang dapat menampung total kurang lebih 20 ribu jemaah, dibangun pada lahan seluas 40,98 hektar, sedangkan bangunan utama masjid seluas 18.091 meter persegi.

Terkait konstruksi masjid yang tahan gempa, para konsultan perencanaan mendesain bangunan ini dengan memperhatikan secara sempurna seluruh ketentuan dalam peraturan Gempa Indonesia terbaru. Dengan demikian, apabila terjadi gempa berkekuatan besar, bangunan Masjid Raya Sumbar sudah didesain mampu menahan beban guncangan tersebut.

Struktur bangunan Masjid Raya Sumbar berupa open frame terbuat dari struktur beton bertulang dan baja untuk menahan beban vertikal dan lateral. Struktur atap dibuat truss pipa baja disangga empat kolom beton miring setinggi 47 meter dan dua balok beton lengkung dengan mutu K-450. Keempat kolom beton utama dihubungkan ringbalk dari truss baja setinggi 2,5 meter dan diperkuat deretan kolam baja miring yang selain mendistribusikan gaya vertikal beban atap juga mendukung konstruksi fasade masjid.

Seluruh kolom lantai dasar menggunakan beton sedangkan kolom-kolom lantai satu merupakan kombinasi antara beton dan baja. Untuk pondasi, digunakan tiang pancang (spun pole) dan bored pile, sedangkan konstruksi lantai dasar menggunakan pelat struktural supaya tidak terjadi penurunan lantai sebagian masjid, mengingat lokasi pembangunan di lahan bekas rawa-rawa.
Rancangan bangunan masjid yang memberikan keamanan dari bencana itu diharapkan meminimalkan kekhawatiran jemaah ketika di dalam masjid sehingga lebih khusuk beribadah.

B. Arsitektur Masjid Raya Sumbar Bergaya Modern

Masjid Raya Sumbar megah dan modern ini dibangun di tanah seluas 40.343 meter di ujung Jalan Khatib Sulaiman, Padang, di depan kantor PT Telkom. Masjid raya ini memiliki konsep memadukan antara rumah ibadah dengan ruang pendidikan, bisnis, dan hiburan yang Islami.

Seluruh bangunan memiliki lantai dasar seluas 11.829 meter persegi dimana terdapat pelataran parkir, toilet dan tempat wuduk, serta perpustakaan dan museum. Di atasnya berdiri masjid dua lantai dengan lantai atas berupa Mezzanine sebagai ruang salat wanita seluas 1.832. Ruang salat utama sendirinya luasnya 4.430 meter persegi yang akan menampung 6.000 jemaah.

Arsitektur masjid terkesan modern dengan penonjolan gonjong rumah adat Minangkabau dengan sebuah menara runcing di depannya dan dinding atap bermotif songket tembus pandang. Atapnya lebih menyerupai selembar kain yang dipegang empat orang di keempat sisinya. Sebuah desain baru masjid Minangkabau yang tidak akan menyerupai masjid lainnya, baik Sattariyah maupun Muhammadiyah.
Di belakang bangunan masjid berdiri dua blok bangunan. Dua bangunan ini dijadikan madrasah (setingkat SD dan SLTP), ruang pelatihan, ruang seminar, dan ruang konsultasi. Selain itu juga ada fasilitas komersil yang berisi toko-toko, restoran, dan lapangan olahraga. Sebagian areal juga dijadikan taman dengan fasilitas tempat bermain dan playgroup.

Masjid Raya Sumbar mengadopsi konsep masjid Muhammadiyah yang tak hanya identik dengan kubah dan dipadu dengan aktivitas ekonomi. Ini terjadi karena Gubernur Gamawan Fauzi yang menggagas masjid ini dengan dukungan suara Partai Amanat Nasional serta Partai Keadilan Sejahtera di DPRD Sumbar, berlatar belakang Muhammadiyah.

Bangunan mesjid dikerjakan PT Total Bangun Persada Tbk dengan konsultan perencana PT Penta Rekayasa. Pengerjaan dilakukan dua tahap. Tahap I pekerjaan persiapan, pengurugan tanah, dan pembangunan struktur bangunan dengan anggaran Rp100 miliar dari dana APBD Provinsi. Tahap II pembangunan bangunan mesjid berikut arsitekturnya serta bangunan penunjang, pekerjaan lansekap dan pertamanan. Dana tahap dua ini diperkirakan Rp500 miliar yang rencananya dari bantuan masyarakat dan dunia usaha.

C. Masjid Raya Sumbar Ditinjau dari Berbagai Aspek Kehidupan Masyarakat Minang

Masjid Raya Sumatera Barat (Sumbar) yang tengah dibangun ini didesain dengan konstruksi bangunan yang mampu menahan getaran gempa. Menyikapi kondisi geografis Sumbar yang beberapa kali diguncang gempa berkekuatan besar, maka Masjid Raya Sumbar menggunakan konstruksi yang didesain mampu mengantisipasi getaran gempa kuat.

Pembangunan Masjid Raya Sumbar, ditinjau oleh wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah pejabat pemerintah pusat lainnya. Masjid dengan daya tampung total 20 ribu jemaah itu dibangun pada lahan seluas 40,98 hektare, sedangkan bangunan utama masjid seluas 18.091 meter persegi dengan dana pembangunan total diperkirakan Rp507,82 miliar.

Terkait keresahan psikologis masyarakat terhadap isu bencana gelombang tsunami, pembangunan Masjid Raya Sumbar juga disikapi dengan meninggikan ruang shalat utama setinggi tujuh meter dari permukaan tanah sehingga dapat digunakan untuk lokasi evakuasi jika terjadi tsunami.

Hal itu membawa dampak positif bagi psikologi masyarakatnya. Sebab, mereka akan merasa aman beribadah, sehingga bisa lebih khusuk. Selain itu, jika terjadi bencana alam seperti gempa bumi atau tsunami, masjid ini dapat dijadikan sebagai sarana penyelamatan dan tempat evakuasi bagi masyarakat sekitar dengan daya tampungnya yang cukup besar.

Dari segi ekonomi, tentunya kehidupan perekonomian masyarakat akan meningkat. Dengan adanya berbagai sarana hiburan, bisnis, dan sebagainya yang membuat perekonomian masyarakat lebih bergerak. Disamping situasi dan kondisi yang cukup kondusif, keamanan dan kenyamanan tempatnya yang membuat pedagang dan pengunjung lebih ramai.


Glasse, Cyril.1996. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
www.antara news.com
www.arsitektur islam.com
www.design mesjid.com
www.google.com
www.padang today.com

That's Mine



Ya Allah, that’s mine,

I must be grateful, bcoz that’s mine,

Don’t be disappointed, bcoz that’s mine,

Give me a patience, bcoz that’s mine,

That’s mine,

That’s mine,

That’s my honesty price,

My hard to get,

My sweat,

My struggle,

My desire,

And… and that’s mine…

No one can appraise me,

No one can cheat me,

No one can understand me,

No one can to be me,

Bcoz that’s mine,

Thanks ya Rabb,

That’s mine…

Hampa



Aku merasa hampa…saat ini, entah mengapa

Ada sesuatu yang hilang, tapi entahlah

Entah mengapa aku menjadi seperti ini

Membuang-buang waktu dengan segala ketidakpastian

Bukan aku, memang bukan aku

Krisis, pelik, rumit

Membungkam dalam angan-angan tingkat tinggi

Tapi tak tau kapan akan memulai

Terperangkap dalam zona yang nyaman tapi begah

Serasa segalanya mulai memuncak, membosankan

Membuat ingin tumpah isi kepala bahkan perut ini

Entahlah, krisis apa yang tengah melanda saat ini

Aku tak tau pasti, tapi ini memang sulit

Menemukan jati diri yang sebenarnya

Apa yang hendak dicapai saat ini

Setiap yang kulakukan, apakah atas kehendakku atau yang lain

Kadang saat jenuh melanda

Benar-benar sulit memotivasi diri untuk tetap bersahaja

Sulit memang untuk konsisten

Sekali lagi entah kenapa

Motivasi ini mulai redup, terbawa hingar bingarnya kehidupan yang palsu

Sesuatu yang begitu melenakan tapi perlahan membunuh

Sesuatu yang lambat laun tapi pasti, akan datang menyergapi setiap diri yang hina

Apa pantas aku begini

Apa pantas??
Mereka boleh bilang, aku punya kelebihan
Tapi tidak menurutku
Justru aku sendiri bingung apa yang saat ini tengah aku lakukan
Kadang semangat, kadang lemah, tapi lebih banyak lemahnya
Aku takut, suatu saat nanti aku tak sanggup
Sebab ini baru hanya segelintir saja, tapi aku sudah begini
Belum lagi menghadapi saat sulit ke depannya

Ya Allah,, ada apa dengan aku?
Kenapa aku seperti ini? Bahkan untuk membahagiakan org yg aku sayangi pun tak sanggup
Aku terlalu terlena dalam gemerlap dunia sendiri
Benar-benar lelah ya allah
Konflik ini semakin hari semakin memuncak saja
Entah kenapa, apa ada yang tidak beres dengan pikiranku saat ini
Lemah, tak berdaya, tak seperti dulu, yang punya angan dan cita seribu bahasa
Entah kenapa ya allah,,,aku merasa sepi
Kehidupan tak begitu secerah yang kurasa dulu saat masih sekolah
Aku tak tau ya allah
Bingung,, tak menentu……..

Puisi Cinta tak Bertepi



Cinta adalah sesuatu
Yang bisa membuat negatif jadi positif
Yang kecil jadi besar
Yang lemah jadi kuat
Yang sedih jadi bahagia
Dan sebagainya

Itulah cinta
Cinta yang bagaimana?
Cinta sesaat tentu sesaat
Cinta hakiki tentu hakiki
Tapi, bagaimana memaknai cinta?

Setiap insan pastinya punya cinta
Cinta yang luas aspeknya
Tergantung cinta tersandar ke siapa
Itulah yang akan didapatkan

Lama nian tak punya cinta, kata sebagian orang
Apakah istilah cinta hanya milik dua sejoli
Ataukah mereka yang hendak melangsungkan ikatan nan suci

Dalam penantian cinta, dan waktu yang lama
Apakah benar cinta itu ada
Dalam hati setiap makhluk yang bernyawa
Kalau memang demikian maka tunjukkanlah padaku
Cinta apa itu

Kau tau?
Saat aku sendiri, aku merindukan cinta
Cinta dan perhatiannya
Akankah kudapatkan itu?
Ataukah harus aku yang mencarinya?

Aduh, sungguh
Kadang pusing memikirkan cinta
Tapi entah kenapa
Aku masih saja berharap pada cinta
Yang akan menemaniku sepanjang hidupku
Yang akan mengingatkanku pada manisnya waktu
Semoga saja
Cinta tetaplah cinta

Kilas Balik Puasa Ramadhan



Dapat inspirasi ini setelah mendengar ceramah agama ba’da isya di surau dekat rumah. Waktu itu yg ngasih ceramah kalau gak salah ustad All iz well, ehe, bukan, ustad Aliswer. Itu pelesetan, gara-gara habis nonton 3 Idiots tu. Tapi ga papa kan ustad, biar namanya lebih mudah diingat, kayak jenjang keledai gitu. Afwan ya ustad,,peace!!

Jadi, gini nih, isi ceramahnya tentang apa yg bakal kita dapatkan selama n setelah berpuasa. Sesuai dalam QS. Al Baqarah ayat 183 yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. So, dari penggalan ayat tersebut dapat kita garis bawahi, bahwa siapa yang wajib berpuasa? Tentunya adalah orang-orang yang beriman. Kenapa kita orang yang beriman berpuasa? Agar menjadi orang yang bertakwa.

Well,… Beriman, iman itu jika diterjemahkan secara singkat artinya percaya, atau lebih mendalamnya adalah trias klasika,, ada 3 aspek yaitu diyakini sepenuhnya dalam hati, dilisankan dengan ucapan, dan diamalkan dalam aplikasi kehidupan sehari-hari. Sedangkan takwa, secara sederhana berarti mengerjakan segala perintah Allah dan meninggalkan serta menjauhi laranganNya. takwa inilah derajat tertinggi dari seorang yang beriman kepada Allah.

Balik lagi ke iman,, rukun iman ada berapa? Ada 6 kan. Orang yang beriman tentunya mengimani ke-6 rukun iman ini. Ada 1 rukun iman yang menjadi pokok pembahasan ustad saat itu, berhubungan dengan kita-kita, kaum remaja. Rukun yang dibahas adalah rukun iman yang ke-6, yaitu percaya kepada qadha dan qadar. Allah SWT telah menetapkan sejak zaman lauhul mahfuz tentang perkara hidup, mati, rezeki, serta jodoh manusia. Dan sekarang yang kita saksikan sendiri, betapa banyak remaja yang berpacaran, dalam arti kata tidak mengimani bahwa jodoh itu Allah yang menentukan. Al Ustad berkata, kebanyakan remaja saat ini yang berpacaran, menandakan rukun iman mereka ada yang sumbing, tidak sempurna. Itu salah satu contoh kecil yang dapat mempengaruhi iman kita ternyata.

Dalam kekocakan sang ustad juga bertutur tentang pacaran islami,, dalam islam sendiri tidak ada istilahnya pacaran islami sebelum menikah. Sebab aktivitas pacaran itu saja mendekati zina, padahal tegas dalam Al-Quran dikatakan jangankan melakukannya, mendekatinya saja tidak boleh.

Surat Cinta untuk Suriah



Padang, 17 Rabiul Akhir, 1434 H

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Assalaamu’alaikum wr wb

Dear saudaraku Suriah… Bagaimana kabarmu hari ini? Semoga Allah tetap memberikan nikmat iman dan indahnya ukhuwah diantara kita. Taukah kalian wahai saudaraku,, tak pernah hati ini seperih ini saat tahu keadaan kalian di luar sana..

Sungguh, merasa sangat berdosa diri ini, karena aku sungguh tak tau, tak tau dengan keadaan kalian. Saudara seiman, masihkah aku sanggup untuk menguatkan kalian? Tidak, bahkan aku sendiri tak sanggup menguatkan diri. Kalian sudah cukup menyadarkanku bahwa kalian saudaraku, adalah orang-orang yang tak takut mati, merindukan syahid yang bahkan rela disiksa, dikhianati, diambil kebahagiaan hidup bersama keluarga dan orang-orang tercinta oleh orang-orang yang menuhankan nafsu dan kekuasaan sesaat, tapi masih saja kalian tak pernah berhenti melafazkan kata-kata ahad, layaknya Bilal bin Rabbah.

Saudaraku, yang saat ini tengah berjuang di jalan Allah.. maafkan aku yang mengaku sebagai saudaramu tapi terkadang tak mampu melakukan apa-apa, entah itu karena keegoisan atau kenaifan. Pantaskah kita saling mencintai tapi keadaan kalian saja terkadang kuabaikan? Sungguh, maafkan aku saudaraku.

Aku sungguh tak menyadari, selain saudara seperjuangan di Palestina, ternyata kalian di Suriah juga tengah memperjuangkan iman dan aqidah kalian disana.. Subhanallah, sungguh aku tak mengetahui sejauh aku mengetahui keadaan saudara seiman di tanah Palestina. Maafkan aku Suriah..

Baru sesaat aku menyadari keadaan kalian, yang memiriskan hati dan menyayat jiwa, memilukan bagi siapapun yang mendengar jerit tangis kalian, yang tetap dengan tegar dan lantang menyebut satu kata, yaitu Allah. Bukan, bukan jerit tangis kesakitan, jeritan bahagia bagi kalian saudaraku karena aku yakin saat itu kalian tengah memandang indahnya surga dan sapaan suara lembut malaikat yang mencabut nyawa kalian dengan senyum.

Rasa-rasanya belum pantas aku mengatakan cinta kepada kalian, Suriah. Memang rasanya baru kemarin sore aku mengenal kalian, mengetahui kondisi kalian. Tapi keikhlasan dan komitmen kalian untuk mempertahankan kemurnian islam dalam hati dengan seyakin-yakinnya, membuat hatiku sontak luluh, malu karena aku tak seperti kalian. Malu karena sebagai muslim sering terbuai dengan waktu luang yang banyak tapi hanya kusia-siakan bahkan kuhabiskan untuk hal yang tak berguna. Tapi bagi kalian, waktu lapang yang kumiliki ini, meski hanya sepersekian detik mungkin sangatlah berharga dalam memperkokoh keyakinan dalam berislam.

Saudaraku Suriah, meski raga kita tak sempat bertemu, tak pernah mengenal dan menyapa satu sama lain, tapi izinkanlah aku untuk mengatakan ini pada kalian, Aku mencintaimu karena Allah, saudaraku. Semoga Allah kelak menaungi kita dalam keridhoanNya. Hanya doa yang dapat kukirimkan untuk kalian, semoga Allah memberikan ketenangan dan kemudahan kepada kalian wahai saudaraku, agar mudah menghadapi ujian ini. Ujian kehidupan yang semakin memperkuat ikatan ukhuwah kita, muslim sedunia. Aamiin.

Wassalamu’alaikum wr wb