Kamis, 20 Oktober 2011

KONSEP KEPEMIMPINAN DAN SYURO DALAM ISLAM



Pemimpin:

1. Mendorong dari belakang.
2. Membimbing dari samping.
3. Menarik dari depan.

Cara untuk melahirkan pemimpin yang baik:

1. Siapkan kader-kader yang berpotensi.
2. Melahirkan kader yang memiliki skills.
3. Syuro sebagai sarana untuk melahirkan keputusan sesuai dengan syariat islam.

Allah SWT berfirman:

Bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan apapun. (Ali Imran 159)
Urusan mereka (orang Islam) dimusyawarahkan sesama mereka. (Asy Syura 38)
Rasulullah SAW bersabda:

Hajat tercapai bagi mereka yang membuat 'istikharah', dan tidak ada penyesalan bagi mereka yang bermusyawarah, dan tidak susah mereka yang berhemat dengan cermat. (Riwayat At Tabrani)

Berdasarkan ayat-ayat ALLAH dan sabda Rasulullah yang tertulis di atas, Islam menggalakkan umatnya mengadakan syura (musyawarah). Karena berdasarkan pengalaman kita, syura memang besar faedahnya kepada hidup kita dan masyarakat. Sebab itu ALLAH sendiri yang memerintahkan supaya syura dipraktikkan.

Syuro dapat menghilangkan otoritas dari pemimpin. Adapun berbagai hal yang dapat diselesaikan dengan syuro, antara lain:

1. Masalah-masalah hidup di rumah, dalam masyarakat dan dalam negara.
2. Keperluan-keperluan ekonomi, pendidikan, pembangunan dan lain-lain lagi.
3. Gangguan musuh.
4. Kebuntuan fikiran.

Fungsi Syuro:

1. Secara psikologi, untuk meminimalisir rasa bersalah apabila ada pendapat yang kurang tepat dan tidak sesuai dengan harapan, serta untuk memberikan kebebasan dalam berpendapat dan bersuara.

2. Fungsi instrumental, sebagai alat yang digunakan untuk mencapai sebuah tujuan.

Anggota majelis syuro

1. Beragama Islam. Dengan orang bukan Islam tidak ada syura (yakni dalam urusan khusus umat Islam saja).
Hal itu berdasarkan Hadist Rasulullah:
Mereka yang hendak selesaikan sesuatu urusan maka mereka bermusyawarah yang anggotanya orang-orang Islam. ALLAH bersama mereka dalam menyelesaikan urusan itu. (Riwayat Ath Thabrani)
Orang bukan Islam itu, mereka tidak tahu mana yang hak dan mana yang bathil menurut pandangan Islam. Selain itu orang kafir yang memusuhi Islam, kalau terbawa ke dalam majelis syuto, akan memberi pandangan-pandangan yang jahat dan beracun serta membahayakan umat Islam. Bagaimanapun dalam Negara Islam, hak-hak orang bukan Islam tidak diabaikan sama sekali. Urusan mereka dibincangkan bersama mereka. Artinya, segala kepentingan bersama dan keperluan mereka disyurokan dengan mereka.

2. Bertakwa. Tidak semua orang Islam layak diajak berbincang. Sebab tidak semua orang Islam mampu memberi fikiran yang adil dan ikhlas dalam perbincangan dan dalam membuat keputusan. Syarat takwa itu amat penting dalam melindungi dan mendorong manusia supaya membuat keputusan yang tepat, bersih dan diberkati.

3. Cerdik, yakni orang yang memiliki buah fikiran yang baik, bernas, sesuai logika, tajam dan tepat. Pandangan dari orang-orang seperti itu saja yang diperlukan. Selain dari mereka itu, tidak usah diundang untuk dibawa berbincang. Sebab mereka akan memberi pandangan yang tidak mengena (tepat). Hal itu membuat majelis tersebut membuang waktu saja. Selain itu, kalau pandangan mereka ditolak, nanti akan timbul kecil hati. Sebab itu lebih baik tidak diajak ke majelis syuro.

4. Seorang yang sesuai dengan bidang yang akan dibincangkan. Syarat itu penting diperhatikan supaya orang-orang yang akan membuat keputusan dalam hal yang disyurokan itu, betul-betul orang yang tahu seluk beluk perkara tersebut. Kalau orang pertanian, ditanya fikirannya tentang hal-hal ketentaraan, tentu dia akan memberi jawaban yang tidak tepat. Dan kalau pandangannya diterima sebagai keputusan syuro, akan merugikan negara dan masyarakat itu sendiri.

PROBLEM SOLVING MANAGEMENT (PSM)

Problem solving management merupakan pengaturan, pengelolaan dan panduan dalam menyelesaikan berbagai problematika kehidupan manusia. Sesungguhnya, masalah bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, tetapi harus dihadapi. Sebab masalah itu terkadang berjasa membuat kita lebih baik, lebih kuat, lebih arif, lebih bijak, lebih tertantang, dan lebih dewasa.
Rasulullah SAW bersabda “ Lihatlah orang-orang yang lebih rendah dari kalian dan jangan melihat orang yang lebih tinggi dari kalian. Karena hal itu lebih patut menjadikan kalian tidak meremehkan nikmat Allah”. Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa sesungguhnya masalah yang sedang kita hadapi tidaklah sepelik yang kita duga. Allah juga berfirman di dalam Al-Qur’an QS:2:286 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. Jelaslah setiap masalah pasti dapat diselesaikan dan dicarikan solusi yang tepat, dan yakinlah dibalik kesulitan akan ada kemudahan.
Adapun beberapa panduan dasar dalam mengelola pemecahan masalah, yaitu:
1. Mendefinisikan masalah. Yaitu dengan mengetahui akar permasalahan yang ada, sifatnya baik internal atau eksternal, dll.
2. Menemukan potensi utama tercetusnya sebuah masalah. Bisa jadi karena adanya salah paham atau kekurangtahuan tentang suatu perkara yang dapat menimbulkan masalah.
3. Mengembangkan solusi alternatif yang kreatif untuk menyelesaikan masalah. Disini kita dituntut aktif dalam berpikir, menalarkan berbagai peluang dan kemungkinan yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah.
4. Memilih solusi paling tepat untuk menyelesaikan masalah. Diantara sekian banyak cara penyelesaian masalah yang telah dipikirkan sebelumnya, maka dipilihlah satu cara yang menurut kita dapat dijadikan solusi jitu dalam pemecahannya. Dapat juga dugunakan pertimbangan lain untuk mendukung pilihan kita.
5. Rencanakan pelaksanaan solusi tersebut. Segala sesuatu itu butuh rencana, maka berikanlah rencana/planning yang terbaik dari curahan pikiran kita.
6. Memonitor pelaksanaan rencana. Disini perlu sekali melakukan follow up guna mengawasi sejauh mana perkembangan dari pelaksanaan rencana tersebut, apakah perencanaan solusi berjalan dengan baik atau tidak.

Untuk itu, ada beberapa hal yang harus ada pada diri dalam menanggapi setiap permasalahan yang ada, yaitu:
1. Positive thinking with ourself.
2. Positive thinking with others.
3. Positive thinking with Allah SWT.

Jadi, di dalam manajemen masalah diperlukan sikap kita bagaimana cara menanggapinya. Sebab, terkadang masalah yang ringan pun dapat terasa berat jika kita tidak bisa mengatur tingkat stressingnya. Jangan sampai masalah menjadi beban hidup, tapi jadikanlah masalah sebagai wadah penempaan diri menuju pendewasaan, terutama bagi para aktivis da’wah. Sungguh, jalan ini akan penuh onak dan duri serta berbagai macam problematika yang tidak sepele. Untuk itu, selesaikan masalah dan cari penyelesaian yang tepat.

TOKOH TELADAN KITA “The Prince of The physicians”/ “Al-Syaikh Al-Rais”



Nama Lengkap : Abu Ali Husain Ibn Abdillah Ibn Sina

TTL/M : Asfshana, dekat Bukhara/ 980 M—1037 M (428 H) Hamazan “58 tahun”

Orang Tua : Pegawai Tinggi Pemerintahan Dinasti Saman

Prestasi : Usia 10 tahun banyak mempelajari ilmu agama,hafal al-Qur’an

Ketinggian otodidaknya menyelami ilmu metafisika Aristoteles dan Al-Farabi

Usia 16 tahun menguasai seluruh ilmu serta praktik Kedokteran

Usia 17 tahun dikenal sebagai dokter (Subhanallah…)

Ahli filsafat dan Kedokteran dengan karyanya yang termahsyur Al-Qanun fit-Thibb(Canon of Medicine)

Recovery : Bidang Materia medeica, tumbuhan Zanthoxyllum budrunga untuk Meningitis

Penemu I Peredaran Darah Manusia

Pertama kali mengatakan bahwa bayi mengambil makanan lewat tali plasenta

Awal praktik surgery penyakit udem yang inflamasi serta menjahitnya

Last but not least terkenal sebagai dokter ahli jiwa (psikoterapi)

Di bidang filsafat: Imam para filosof di masanya melebihi Aristoteles

Otodidak dan orisinilitas kejeniusannya, satu bintang gemerlapan yang memancarkan sinarnya sendiri. Beliau tidak hanya disanjung di dunia Islam, tetapi di dunia Barat beliau diakui ketinggian karyanya

Lainnya : Penyair, ilmu-ilmu pengetahuan seperti ilmu jiwa, kedokteran, kimia, ilmu logika ditulisnya dalam bentuk syair
Karyanya : Filsafat As-Shifa, An-Najat, Al Isyarat, serta Maqallah (karangan pendek saat memperoleh inspirasi dalam bentuk baru dan segera mengarangnya)

Sibuk persoalan negara dan situasi yang tidak stabil, namun beliau dapat menulis sekitar 250 karya (Subhanallah…). Yang paling terkenal Qanun (ikhtisar pengobatan Islam)

Yang paling penting!! Qanun, buku ilmu kedokteran ini dijadikan buku pokok di Universitas Montpellier (Perancis) dan Universitas Lourain (Belgia). Indonesia???

KEMBALI KEPADA KEMURNIAN DA’WAH



Berbicara mengenai kemurnian da’wah, jelas tidak lepas dari ta’shil Da’awi. Ta’shil Da’awi artinya (orisinilitas da’wah) adalah menjaga kemurnian atau keaslian da’wah. Da’wah harus dijaga dan dipelihara agar tetap kuat dan kokoh berada di pijakannya. Aktivis da’wahlah yang akan menjaga kemurnian serta orisinalitas dari da’wah dengan para mempersiapkan para kader yang mumpuni. . Karenanya kader dan aktivis perlu memperhatikan hal – hal yang prinsip dalam Ta’shil Da’awi sehingga asholah da’wah tetap menjaga.

Adapun prinsipnya, antara lain:

1. Ta’shil Syar’i (kemurnian syariat). Kader dan aktifis harus kembali kepada kemurnian dan keutuhan syariat. Tidak ada fiquh da’wah tanpa fiquh syari’ah, karenanya ruang lingkup gerak da’wah harus berada dalam bingkai syari’at. Jadi, ketika kita bicara tentang syariat tidak lebih pada Ahkamul khomsah (hukum yang lima), yaitu halal, haram, wajib, makruh, dan sunnah yang harus dipahami dan diamalkan oleh setiap kader dan aktivis. Fiquh Aulawiyah Syari’ah (skala prioritas dalam syari’ah), dengan sikap yang haram (tinggalkan), mubah (pilih sesuai dengan kemaslahatan), makruh (hindari), sunnah (tingkatkan). Jadi dahulukan mana yang penting, serta mendesak.

2. Ta’shil Al Fikri (keaslian fikroh). Kader dan aktivis harus menjaga kemurnian dan orisinilitas fikroh, konsep atau manhaj. Jadi, ketika kader dan aktivis hendak berpikir, mengemukakan wacana, berpendapat, menelurkan ide serta gagasan, maka harus berlandaskan Al Qur’an dan sunnah Rasul, bukan sekedar beropini atau berbicara tanpa punya landasan yang jelas. Dan untuk memudahkan pemahaman terhadap manhaj berpikir sesuai Al Qur’an dan Sunnah, Imam Hasan Al Banna telah memudahkan kita dengan formulasi Ushul Isrin. Para kader dan aktifis da’wah harus Istis’ab dan memiliki pendalaman tentang ushul isrin. Karena semua permasalahan yang kita hadapi dalam berbagai bidang kehidupan, solusinya ada dalam Ushul Isrin. Ushul isrin berisi 20 prinsip yang membahas berbagai macam permasalahan kehidupan termasuk mengenai jama’ah, khilafiyah, pemikiran dan lainnya untuk menjaga konsep da’wah.

3. Ta’shil Haroki (kemurnian berharoki). Berbicara tentang da’wah berarti gerak aktivitas atau kerja. Da’wah adalah harok yaitu bekerja aktif. Maka tidak asholah dan tidak murni lagi jika masih ada kader da’wah dan aktivis yang tidak aktif. Tidak Asholah lagi jika hanya pandai berwacana tapi tidak ada kontribusi atau pastisipasi dalam da’wah. Minimal berafiliasi terhadap da’wah itu sendiri. Karena orisinilitas da’wah di antaranya ta’shil haroki (bergerak dan terus bekerja), bukan banyak debat atau diskusi tapi tanpa berbuat dan berkarya untuk da’wah.

Imam Hasan Al Banna berpesan. Beliau mengatakan, “Tidak layak untuk da’wah ini kecuali orang yang siap membela da’wah dengan segala potensi yang ia miliki.” Artinya sebagai kader dan aktivis harus siap berkorban (thadiyyah) dengan waktu, tenaga, pikiran, harta benda, istirahat, darah, nyawa, dan lainnya. Karena da’wah adalah darah daging bagi kader–kader da’wah yang layak mendapat kemenangan dari Allah. Karenanya keterlibatan dalam da’wah adalah kerja (haroki). Apalagi ketika kita dihadapkan pada banyak fitnah, banyak godaan, cobaan, huru hara, dan gelap gulita. Kita hidup dalam kondisi zaman globalisasi, dimana begitu banyak arus baik positif maupun negatif yang datang melanda, yang bisa jadi menjadi lebih rusak jika eksistensi da’wah terancam karena sikap pasif para kader dan aktivis.

Jika Ta’shil Ad Da’awi kita pahami dengan baik, Insya Allah kita akan menjadi kader dan aktivis yang terdepan untuk selalu menjaga kemurnian da’wah. Dalam kerja da’wah yang berat ini tentu sangat diperlukan pemahaman yang utuh mengenai At Ta’shil Ad Da’awi sehingga kita dapat mengembalikan umat ini kepada kemurnian da’wah yang memiliki landasan yang kuat, dan kokoh. Sebab mustahil kita akan memenangkan da’wah sementara kita tidak segera kembali kepada orisinilitas da’wah. Untuk itu, kembalilah kepada kemurnian da’wah wahai para penerus pergerakan khilafah islam.