Satu detik saja, ya baru saja, kulihat dia tersenyum padaku.
melemparkan senyuman terindahnya yang seolah-olah membuat duniaku berubah, indah...
Satu detik saja, ya, walau sebentar, sempat kulihat secercah bening embun turun mengaliri pipinya yang lembut, membuat duniaku seolah-olah menjadi mendung...
Satu detik saja, baru saja, kulihat dia menatapku sekilas.
terbersit dalam hati sanubari, ada apa gerangan? Tatapan mata elangnya seolah-olah melekat erat di hati ini.
Duhai Ibu,, aku pun tahu, berat rasanya hati ini melepaskan kebersamaan yang telah sekian lama terajut dalam ranah cinta. Tapi memang sulit menerima kenyataan bahwa kita tak bisa lagi bersama dalam suka dan duka.
Aku pergi, untuk kembali Ibu. Mengembalikan setiap detik waktu yang terlewatkan tanpa kehadiran semua orang yang mengasihi dan kukasihi.
Satu detik, menit, jam, hari, bulan, bahkan tahun pun rasanya tak akan cuukup untuk menggantikan ini semua Ibu...
Namun Bu, percayalah,, akan ada Satu masa dimana nanti kita akan bersama selamanya,,,
Mengenang Ibu yang melepaskan anaknya dengan untaian doa dan kata-kata penyejuk perjalanan panjang anaknya yang merantau, menimba ilmu demi masa depan gemilangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar