Ini seperti kamu yang tak pernah berada di posisi kami. Hey, bayangkanlah. Coba inap menungkan. Dimana letaknya hati nurani? Untuk mengajari barang secuil saja tak ada. Untuk menyalahkan, luar biasa. Bagaimana tidak, bersarang dalam hati kecil kami kedongkolan yang tak bertepi. Belum cukupkah rasanya.
Padahal kami disini bukan untuk menjadi budak intelektual yang bersemayam dalam anggapanmu.
Padahal kaupun harusnya tahu, tak perlu kau mengajari kami seperti itu. Cukup beritahu saja. Tak perlu kau umbar ke seluruh dunia.
Buat apa? Apa kau puas? Apa semua itu membuatmu bahagia?
Dari kami yang bekerja mulai dari pagi hingga ke pagi, tak tentu arah. Hanya mengerjakan segepok orderan yang tak tahu tujuan.
Kesalahan kecil menjadikan seabrek kelelahan kami bertambah lelah.
Hanya masalah air padat yang berada tidak pada tempatnya.
Menjadi budak- dalam keterpaksaan yang tiada berperi. Sudah kuniatkan dalam hati, ikhlas. Tapi segalanya berubah seketika karena eksternal yang entah siapa.
Apalah bedanya memiliki atau tak memiliki? Beda sekali. Memiliki kebahagiaan dan cerita yang bisa dibagi, beda sekali dengan tidak. Carut marut kehidupan bertambah, dan itu takkan menambah keberuntungan.
Biarlah semuanya berlalu. Dan ini sudah berakhir. Maka dengan yakin kukatakan, perlakukan orang seperti kau ingin diperlakukan. Konsisten dengan ucapanmu, seolah kau merasa yang paling benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar