Berjalan langkah demi langkah kecil. Menyusuri jalan setapak. Walau gamang, tak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi hanya satu yang tertancap dalam hati, "tetaplah bergerak, walau lambat seperti awan temaram yang menggelap."
Dan langkah kakiku akan tetap mengayun, hingga terhenti pada tujuan yang akan dicapai. Menapaki jalan-jalan kecil, berkerikil, dan berdesir bunyi setapak demi setapak jejak yang mengumpul dalam alunan waktu. Bak putaran roda sepeda kecil yang lemah gemulai memolesi bebatuan cadas rerumputan berembun tanah basah berbau gemericik hujan rinai semalaman.
Kakiku terhenti, tidak tahu apakah ini penantian itu ataukah masih sekumpulan terminal yang hanya akan menjadi persinggahan sesaat.
Aku sungguh tak tahu. Karena semuanya masih menjadi misteri yang masih tertutup oleh tabir waktu. Hingga kering tenggorokan berkata, merah mata menatap nanar, dan gersang hati memikirkan hal yang masih tak bertepi, oh, sungguhlah pada keyakinan ini sajalah kutumpukan segalanya.
Bahwasanya, Dia tak akan menyia-nyiakan kita. Dengan apa yang kita lakukan dan usahakan, apa yang kita tempuh sepanjang hari, apa tang menjadi harapan dalam setiap lirih-lirih doa yang kita panjatkan saban hari. Baik itu yang terucap ataupun yang tersirat dalam hati.
Batinku, menggebu dalam keinginan jiwa yang berkesangatan. Hanya saja, kutahu ada batasan yang harus kupegang teguh dan erat. Mengalah bukan berarti kalah. Diam bukan berarti tak tahu apa-apa. Aku hanya sedang menyusun rencana matang untuk persiapan di masa mendatang.
Dan sekali lagi, langkah ringkih ini harus terhenti untuk sementara. Sekedar menyiasati hati kecil untuk berintrospeksi. Apakah ada tertarung kaki dalam perjalanan? adakah semut-semut yang terinjak karena ketidaktahuan? Atau, adakah rumput yang meranggas mati karena kearoganan kaki kita melangkah?
Demi jiwaku yang dalam genggamanNya. Kalaulah bukan karena kebaikanNya, tak sanggup rasanya kaki ini melangkah. Terus bergerak memperbaiki diri. Sesekali, terinjak juga olehnya kotoran yang tanpa sadar, akan terbersihkan oleh langkah-langkah kaki selanjutnya. Walau masih tertinggal jejaknya yang takkan pernah menghilang seumur kehidupan.
Kalaulah bukan karena nikmatnya, maka tak akan sanggup kaki ini melangkah. Walau badan sehat, tanpa kekurangan satupun, namun jikalau hati yang sakit, tak akan tergeraklah ia. Terasa ada beban ribuan ton pada kaki.
Mentari pagi menelisik menusuk masuk ke dalam kelopak mata. Pagi ini indah, tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Hati ini merasakan, kelak dalam pencapaian masa depan, kaki ini akan terus melangkah dalam kebaikan.