Kamis, 27 Oktober 2016

Its Clear

Seperti halnya menunggu. Tak perlu menunggy untuk urusan yang satu itu. Cepat atau lambat dia akan datang. Hanya gejala demi gejala yang timbul dan meningkat sebagai pengingat. Esok atau lusa, entahlah.

Tak ada gunanya aku memforsir segalanya. Hanya untuk mendapat perhatian. Atau mungkin, menenggelamkan diri sesaat dalam kelelahan yang tak berkesudahan. Padahal waktumu akan segera datang.

Cepat atau lambat. Dia akan datang.

Selasa, 25 Oktober 2016

Hate

I hate the way i know it, already. Setidaknya, apapun yang ada membuatku menjadi bertambah kacau. Bahkan dalam keinginan untuk memberikan dan berbuat baik pun, ada2 saja yang membuatnya tak lagi menjadi ikhlas. Malah berbuah kebencian dan penyesalan. Bodohnya aku yang gampang dibodohi.

Tak mau lebih parah daripada mau. Walau gagal dan tak sesuai harapan. Walau memang, pada akhirnya niat baik malah dibalas dengan cibiran dan bullying yang tertuju padamu. Fix, sudah cukup rasanya. Menabahkan hati dan akhirnya air mata jatuh tak tertahan lagi, ke dalam.

Bukan, bukan berarti aku terlalu sensitif. Tapi tolong mengerti, setiap orang punya masa-masa sulit. Dan bagiku, hal terpedih dan aku tak suka hari ini. Lengkap rasanya. Bergemuruh rasa dalam dada.

Hey, aku butuh sendiri. Butuh meluapkan segala rasa yang berkecamuk dalam hati. Bukan apa2, hanya saja entah mengapa, setiap untaian katamu itu membuatku bertambah dan bertambah sebal karenanya.

Aku tau, memang aku salah. Aku tau, memang aku tak pandai melakukannya karena ketidaktahuanku. Tapi cukuplah, cukup aku tahu bahwa aku salah dan tak usah kau komentari lagi berkali-kali. Karena aku sudah sangat mengerti.

Tapi itu lebih baik, daripada kau yang menolak untuk melakukannya. Kalau boleh aku berkata, coba saja kalau bisa. Ya coba saja. Buktikan seperti ucapanmu. Buktikan bahwa kau bisa melakukannya seperti yang kau katakan. Memang, mengeritik itu mudah sekali. Tapi coba lakukan sendiri. Kau malah menolaknya dengan alasan yang entahlah.

Padahal kalau kalian tahu, sedari pagi sudah kuancang2 waktu untuk memulainya. Merancang timing yang pas untuk mulai melakukannya supaya cocok dan tidak bertabrakan dengan jadwal lain. Itu sudah waktu maksimal dan hot time yang bisa kulakukan. Nyaris menyerah meninggalkan beberapa, tapi aku yakin aku bisa menyelesaikan di detik2 terakhir.

Dan ya, komentar pedas itu terasa sangat pedas, lebih pedas dari gorengan gosong yang harusnya terasa pedas namun keras.

I know it, it surely hurt me. Its so hard. Sudah kutabahkan hati. Tapi di detik yg kesekian saat komentar itu muncul lg, dan sudahlah, aku terlanjur kesal dan sebal sendiri. Bagaimanalah. Terjadi pula disaat hard time begini. Its so hard, seriously.

Rabu, 05 Oktober 2016

Problem is a Problem

Saat ku terpuruk dan terjatuh
Pakai pundakku
Dan kita lawan terpuruk itu
Karena Tuhan tahu kita mampu
Kita mampu~

Ya, karena Allah tahu kita mampu. Makanya kita ditakdirkan untuk bertemu dengan kesulitan itu. Cepat atau lambat, kita akan menghadapinya.

Karena kita telah memilih. Tanpa paksaan.

Karena semuanya telah diatur sedemikian rupa sehingga begitulah adanya.

Maka kita dipertemukan untuk berjumpa dengan kesulitan itu, suka atau tidak suka. Senang atau tidak senang.

Sebab kita menyadari bahwa, tak ada yang akan membuat kita menjadi lebih berarti daripada melalui setiap tantangan, halangan, dan rintangan.
Itulah sedemikian rupa kesulitan yang sudah pasti dijamin olehNya akan sanggup kita hadapi.

Allah takkan membebani hambanya dengan beban yang tak sanggup ia untuk memikulnya.

Semakin berat beban yang kita pikul, semakin gagah perkasalah kapasitas kita. Ibarat pengangkat kayu, semakin kokoh dan kuat dia, maka semakin banyak beban yang sanggup dia angkat tinggi-tinggi. Sanggup dia kerjakan sesuai dengan kemampuannya.

Kalaulah Allah memberi kita kesulitan yang rasanya teramat sangat sulit sehingga rasanya batin kita serasa tersiksa, maka ingatlah. Bahwasanya kita pasti mampu menghadapinya. Entah itu dengan suka maupun duka. Sebab kadang, ada hikmah mental yang dapat dipelajari dari setiap keinginan yang tak sesuai dengan harapan.

Ada sejumput rasa malu, memang. Tapi itulah rasa, kehidupan yang berselang-seling dalam pelataran bak roda pedati.

Di atas lalu menggelinding dan sampai ke bawah. Tak bosan dan tak henti-hentinya kukatakan dengan sangat erat, habiskan jatah gagalmu, sampai gagal lelah membersamaimu~.

Sekian~