Kamis, 21 Agustus 2014

Kata Terserak dalam Benak


Ah, harus berapa kali sih makan hatinya?

Siapa juga yang nyuruh makan hati berkali-kali? Nanti bisa sakit sendiri, entah sakit liver atau sakit hati dalam istilah lain. Belati yang bengkok, yang ditajamkan pelan-pelan oleh pusaran waktu, melibas sendi-sendi ketajaman akal. Akal yang tak diasah, membuat bengkok hati. Semua serba salah, serba tak menyenangkan, lebih tepatnya menjengkelkan.

Siapa suruh, cinta diam-diam. Menabur benih kasih dan sayang yang semakin dipupuk semakin tumbuh subur cintanya. Tapi cinta yang teramat sangat, posesif namanya, tak rela dia didekati orang lain. Selalu berharap dia akan memberikan pandangannya hanya pada kita. Ya, hanya kita saja.

Kenapa cinta itu seperti hati? Dan aku harus makan hati karenanya? Karena makan hati itu menyakitkan, menggores dan mencabik-cabik perasaan. Hingga membuat pandangan menjadi sayu dan tak menentu. Ah, barangkali dia yang disana tak merasakan sama sekali.

Tidak ada komentar: