Tak elok menyalahkan waktu pada nasib. Hanya saja, ini semacam mengalah pada keadaan. Bukan berarti kalah. Hanya mengulur waktu demi kemenangan. Tak usah telak, merasa yang paling tertahan. Karena memang apalah daya, sendiri tak begitu meyakinkan.
Lelah penat menghapus lelah jiwa, bukan. Lelah raga memantikkan semangat jiwa untuk berusaha bahwa kelak kan datang waktunya. Tinggal menunggu waktu.
Dan itu terabaikan dalam lirik zaman. Sekali-kali jangan. Tetaplah dengan tegar menghadapi bahkan hal sesulit yang bisa terjadi. Ke depan, entah apapun itu. Berusaha tetap berpikiran dan terbangkan angan jauh ke depan.
Meyakinkan hati. Tegar. Bahwasanya sendiri bukan berarti sepi. Banyak bukan berarti semarak. Tinggal bagaimana menyikapi. Itu saja.