Kamis, 21 Agustus 2014

Veruka


Veruka mengira-ngira bahwasanya hari itu akan segera datang. Hari yang ditunggu-tunggu, nyaris setahun lamanya. Sembari dalam masa penungguan itu, banyak hal yang sudah terlewati dan terjadi dalam kehidupannya. Untunglah Veruka tak harus bermutasi secepatnya, apalagi menanggapi krisis waktu yang semakin mengikis percaya dirinya, mengobrak-abrik idealisme dan karakternya selama ini.

Adalah garis takdir yang mempertemukan cerita mereka. Awalnya Veruka hanyalah seorang gadis biasa yang mencoba ingin menjadi luar biasa. Entah seperti apa kriteria luar biasa yang ada dalam pikirannya. Apakah menjadi seperti orang lain, atau berusaha mati-matian menjadi sosok yang lain daripada yang lain?

Veruka hanyalah gadis yang polos. Saking polosnya, dia selalu saja gagal move on. Seringkali menganggap semua orang akan baik padanya, akan setia bersama-sama dengannya. Ah, Veruka, khayalanmu terlalu panjang tak berujung. Bayangkan saja, satelit saja lintasan orbitnya enggan berdekatan satu sama lain apalagi sampai bersingggungan, spaghetti dan meatball memang menggiurkan tapi untuk mencampurnya entah bagaimana bentuknya.

Perlukah aku tunjukkan pada dunia sisi gelapmu Veruka? Oh, ya, sebelum menyadarinya aku harus bertanya pada kemungkinan-kemungkinan yang biasa terjadi. Apakah aku harus bertanya pada Mr. Lowenstein Jensen tentang kultur budayamu? Atau pada si penarik hati Mr. Ziehl Neelson tentang warna kesukaanmu? Oh, tentu saja kau bukan Mrs. Tb. Kau hanyalah seorang gadis biasa bukan.

Ya, aku ingat siapa kau sesungguhnya Veruka. Kau adalah satu-satunya orang yang tega mengkhianatiku. Meskipun saat ini kau tengah berbahagia karena dipertemukan dengan lorong waktu penantianmu, tapi sayangnya kebahagiaanmu tak akan bertahan lama. Saat kuhadiahi kau dengan gelar Common Wart, saat itulah matamu bergidik ngeri menatapku. Aku tahu, kau akan takluk padaku suatu saat nanti.

Tidak ada komentar: