Harapan itu pupus sudah. Seperti rintik air yang jatuh dari langit. Melesat cepat menebas udara dan partikel ringan yang berterbangan. Jatuh berbulir ke bumi, menyesap ke dalam tanah. Dan tak ada pernah kembali lagi menjadi bentuknya semula. Yang memang murni hanya ia saja.
Harapan itu pupus sudah. Tepatnya hari ini, ketika dalam hati justru terproklamirkan sendiri. Padahal ingatan akan harapan itu sudah ada sejak beberapa waktu yang lalu. Berlalu, dan hanya menjadi kenangan yang takkan pernah tersampaikan.
Walau mungkin akan tercapai juga.
Walau mungkin dapat terjangkau juga.
Tapi ia kini tak lagi berada dalam waktu dan kondisi yang sama, pun dengan harapan yang sama.
Dan entahlah. Tak sanggup lagi rasanya membayangkan. Walau mau tak mau itulah kenyataan.
Kenyataan yang takkan pernah menjadi nyata.
Hanya menjadi puing-puing impian.
Tak bisa kupaksakan kehendak, bukan? Pada ia yang tak bisa menjadikan kenyataan pada setiap harapan-harapannya. Yang untuk saat ini, masih terlalu dangkal dalam berusaha dan bersabar. Dan kurang ide dalam menggerakkan semangat juang.
Padahal tak selamanya yang bercokol dalam pikiran itu adalah kebenaran. Apalagi tentang masa depan.
Tak selamanya ketakutan dan kepedihan yang mendalam akan luka lama, menjadi fakta saat kita bertemu lagi dengannya.
Dan tak selamanya juga amarah dan kebencian menjadi momok yang menakutkan. Karena kelak di akhir perjuangan akan ada rasa manis yang dicicipi walau bercampur aduk dengan sejuta rasa lainnya.
Cukup manusiawi.
Kita adalah manusia. Memang. Sama-sama manusia. Tak lebih, tak kurang.
Maka berikanlah penghormatan sewajarnya saja. Berikanlah belas kasih menurut rasa kemanusiaan kita. Dan bencilah secukupnya.
Hanya itu saja. Berawal dari pagi ini ketika tersibak dari bunga mimpi.
Terdengar bunyi bising burung di kejauhan ufuk matahari pagi yang cahayanya masih menyilaukan mata.
Dan tentang cerita semalam akan seorang kawan lama yang akan kembali ke kampung halamannya. Hanya dalam hitungan jam dan sampailah ia pada negeri nun jauh di sana.
Dan itu cukup sekali membuatku teringat akan harapan yang takkan bisa diharapkan. Sama sekali.
Dan sudahi saja pagi ini dengan tetap bersyukur, walau harapan tak sesuai kenyataan, namun kita masih punya kesadaran.
Sadar bahwa kita masih merasa punya sesuatu untuk diperjuangkan.
Tidak menjadi orang yang tanpa harapan.
Sebab hidup itu sendiri penuh dengan masalah. Dan masalah membuat kita merasa hidup. Salah satu masalah hidup adalah tentang harapan.