Rabu, 07 September 2016

Its hard to tell, but its so grateful

Tak ada satupun yang kebetulan. Termasuk bertemu dengan orang baru, dan orang lama yang sudah lama tak bertemu. Setidaknya, ada pengobat pilu di hati. Perasaan pilu dan sedih yang teramati, sedikit demi sedikit memudar dengan sedikit percakapan dan perbincangan. Entah itu dengan orang yang baru dikenal, maupun dengan kawan lama yang selalu ada di saat kita butuhkan. Tempat mencurahkan segala isi hati. Dan itu sangatlah berarti.

Tak bisa memang, hal yang tak terduga bagaikan sesuatu yang cukup membuat hati gamang. Namun apalah daya, tak bisa kupaksakan karena memang tak bisa. Ini adalah sejenis harga diri dan juga rasa penghargaan terhadap diri sendiri. Orang minang, pantang meminta jika sudah ditolak. Pantang sekali. Kalaulah bukan karena terpaksa, maka takkan pernah kuabaikan rasa. Dan ini sudah sampai pada puncaknya, sudahlah, sudahi saja. Lagipula, aku tak ingin berhutang budi atau apapun. Segala hal yang membuat kebebasanku menjadi terbatas hanya karena keterbatasan yang kumiliki. Manusia yang tak sempurna.

Memang pada awalnya, ada kecamuk dalam hati. Apakah ada kesalahan yang pernah kuperbuat. Tapi tak mengapa, hal itu masih bisa kujalani. Hanya karena tidak pernah saja, dan belum terbiasa.

Baru kemarin kubuat status kehidupan yang tertera dalam lini massa. Hidup itu keras, kawan. Butuh tekad yang kuat, semangat, dan kesabaran tingkat tinggi. Ah, itu hanyalah kata-kata penyemangat mengawali pagi. Dan akhirnya menjadi kenyataan yang memang berat, ternyata.

Alah bisa karena biasa. Memang, butuh kesabaran. Dan terkadang harus mengabaikan gengsi yang untuk apalah dia ada. Ada karena jarang berbaur. Ada karena selama ini terbiasa hidup mujur. Dan sesekali butuh warna-warni rasa untuk menyikapi segalanya.

Tak selamanya yang buruk dalam pikiran, itu benar-benar buruk. Hadapi saja kenyataan yang ada di depan mata. Rasakan dengan hati, dan ambil sisi positifnya. Lihatlah, banyak yang kautemui selama perjalanan panjang yang berliku-liku. Bahkan deru hujan badai ditambah dengan aroma rumput basah yang berbalut emosi ikut menjadikannya memori yang tak terlupakan. Hingga detik ini, masih kuingat sudut jalanan yang mana di sana aku berpikir tentang banyak hal.

Termasuk tentang kesulitan yang baru saja kuhadapi. Tentang kebaikan orang-orang sekitar yang peduli. Tentang pertemuan yang tak sengaja tercakupi. Dan tentang penerimaan akan hal yang tak selalu buruk untuk dilalui. Juga tentang kebebasan tanpa perlu direcoki.

Syukur Alhamdulillah. Meski awalnya berat sekali, tapi banyak hal yang kutemui. Tak selamanya sisi negatif yang tampak hanya dari pandangan mata membuat segalanya terasa tak bisa. Dan rasa-rasanya, dulu seringkali kurasakan hal yang demikian. Sering sekali. Rasa tak sabar dan menggerutu dalam hati. Tapi mungkin, ya, itulah caranya belajar menjadi dewasa. Walau memang terasa berat sekali. Seperti ada beban ribuan kilo yang menindih. Jalani saja dan lihatlah sekitar. Ajak siapa saja yang ada di sekitar untuk berbicara. Kalau tidak ada, bisa menelpon orang yang kita nyaman dengannya. Intinya, jangan memendam rasa kesal, luapkan saja supaya tidak mempengaruhi emosi lebih dalam lagi.

Tidak ada komentar: