Jumat, 22 Januari 2016

All is Well Free Day

Aku menatap langit biru. Benar2 biru. Tanpa awan sehelai pun. Dan kusadari bahwa aku sedang berada di sini. Tepatnya di tengah2 ruangan ini. Hari jumat barokah. Yang siapapun pasti senang akan hari ini. Banyak kebahagiaan tak terhitung pada hari ini. Dan itu ingin selalu kutanamkan dalam hati, all is well. Semuanya akan baik2 saja.

Dan aku masih memantapkan hati. Sesusah dan sesulit apapun situasi hari ini. Serumit dan seburuk apapun kenyataan hari ini. Itu semua sudah tertulis lengkap di sana.

Lelah rasanya berkecamuk dalam pikiran. Sibuk menggerutu ke sana ke mari. Yang dikatakan pun belum tentu berubah, pasti. Sibuk sajalah perbaiki kesalahan diri sendiri. Jangan lagi menodai hati, cukup sudah. Lelah.

Toh, tak akan berbunga pohon yang sudah mati. Tak akan terbang ayam jantan di ladang. Pun tak akan kelam hari saat siang. Dia sudah ada, dan sudah kejadian. Sesuatu yang kutakutkan itu menjadi kenyataan. Dan itu, tidak, tanpa perhatian mendalam. Sudahlah, sudahi saja berandai2 riang dalam kenangan. Hanya menambah luka saja. Perbaiki hari ini, dan untuk hari2 selanjutnya.

Aku kasihan, mengiba pada hari yang kucintai. Yang setiap kedatangannya selalu dinanti. Paginya saja tersambut dalam senyuman merekah. Dan itu selalu, sejak dulu kala. Dan pagi tadi, aku iri pada mereka yang bisa menyenandungkan zikir dan amalan sunah hari ini. Benar2 iri. Ah, andai saja aku tak sesibuk ini. Andai saja orang itu bisa mengerti, dan berbagi kelelahan yang kualami.

Dan aku masih merasa takkan ada rasa untuk ini lagi. Biarlah. Bagiku, setiap kali berada dalam keadaan seperti ini, memaksaku untuk kembali seperti dulu lagi. Haruskah lagi, kukerjakan segalanya seorang diri seperti menggaris pinggiran kertas karton kuning? Yang tepi2 nya terhiasi dengan ukiran2 yang aku tak tahu apa. Asal mengisi ruang kosong saja. Ya, karena aku tak lagi punya waktu untuk berpikir lebih jauh lagi. Tak ada. Sudah banyak tercurah bersamaan dengan yang kutuliskan di sana. Lengkap sudah!

Hey, pada siapapun yang membaca tulisan ini. Jangan bingung, dan jangan ragu. Ini hanyalah sebuah media yang baik untuk mengenang waktu. Kelap kelip kehidupan datang silih berganti dalam pikiran. Tak mau antri mencurahkan mana ingatan yang lebih penting atau tidak. Bagiku, ya, ini hanyalah sebuah cerita.

Dan detik2 berlalu dalam hening. Masih terngiang2 kejadian tadi pagi. Masih. Entahlah. Banyak hal yang kupikirkan. Banyak hal juga yang kurencanakan. Setidaknya, tiada kata untuk menyerah. Sehabis2 rasa, rasailah rasa itu sendiri. Semati2 kata, diam dalam hening akan lebih baik daripada menghilang.

Karena setiap orang berbeda. Benar2 berbeda. Idealisme tiap orang tak sama. Kadang untuk ini kita harus pandai memilah dan memilih. Ya, walau terpaksa. Menyindir kadang tak mempan. Menunduk dalam sudah jadi hal biasa. Menembak jitu apalah lagi. Kalau lah rasa dan periksa itu benar yang hilang. Kalau lah emosi itu benar yang tak bisa dikuasai.

Manusia memang unik. Dalam ingatan masing2 orang. Terserah kita mau memilih yang mana. Memilih dikenang dalam memori baik hati, atau memilih dikenang karena emosi tinggi. Atau memilih diam, bungkam. Sibuk dengan dunia sendiri. Terserah. Pilih saja duniamu. Untaiannya ada dalam setiap dirimu.

Tidak ada komentar: