Ajari aku hidup, tentang sebuah pengorbanan yang mengoyakkan jiwa raga....
Dan,
Ajari aku cara lain, untuk melihat dunia dari sudut pandang lain!
Ini bukan tentang sebuah penyesalan, Kawan. Bukan pula sebuah kesedihan yang terpendam teramat dalam. Ini hanya sebuah keterlambatan dalam proses penyadaran diri sendiri. Memang terlambat. Tapi, selalu ada waktu untuk merubah keadaan. Termasuk bersyukur dan berucap Hamdalah serta tersenyum di sela-sela kegentingan yang entah, masih menyisakan napas-napas cadangan.
Aku hanyalah perantara kehidupan, Kawan. Terkadang, aku sadar, kehadiranku tak bermakna sama sekali. Lihatlah, bunga-bunga bermekaran, pepohonan tumbuh tinggi menjulang. Dan itu terjadi, tanpa campur tangan manusia. Hanya sepersekian kecil saja, ada faktor keberuntungan manusia untuk bisa mendayagunakannya.
Baiklah, aku akan katakan pada diriku sendiri, juga kepadamu, Kawan. Meski aku tak berarti, atau kadang tak terlihat, tapi aku selalu ada di dunia ini. Membentuk semacam jejaring tak kasat mata yang kau tahu, membuatmu mengingat bahwa aku pernah ada. Aku sadar, Kawan. Dalam rentetan kesibukan kita masing-masing, dalam penghambaan pada diriNya untuk mencapai hakikat kehidupan tertinggi dalam zaman neo-globalisasi ini, akan banyak sekali momen-momen terjadi begitu saja.
Masih segar dalam ingatan, betapa peristiwa demi persitiwa hidup tak terelakkan terjadi. Aku tahu, hanya segelintir saja yang memang menggugah hati. Manusia kadang tak peduli pada nikmat yang dirasakannya detik ini. Hanya kejadian super, dalam algoritma berpikirnyalah yang sukses mengalihkan dunianya. Kau mengalihkan duniaku, Kawan!
Tahukah kau, apa jejaring besar yang tak kasat mata itu? Saling menghubungkan kita satu sama lain. Dalam jarak, frekuensi, dan situasi seperti apa pun. Kau harus tahu, Kawan! Kita dihubungkan nyaris tak tampak oleh takdirNya. Aku dan kamu, kita, dan mereka menjadi sebab akibat terjadinya sebuah perkara. Disadari atau tidak, hanya mereka yang beruntunglah yang diberi tugas olehNya untuk menerjemahkan rangkaian kehidupan yang gamang ini.
Antara aku dan kamu, kita, juga mereka. Terpateri erat dalam lantunan doa sejuta umat. Dari zaman ke zaman, sebagai penghubung erat satu sama lain. Terselubung doa para perindu surga, keselamatan nan adidaya. Kau tahu, aku pun baru menyadarinya beberapa waktu terakhir ini. Dan, keterlambatan ini tak mengapa bagiku. Justru menjadi pintu pembuka jejaring yang lebih besar bagi kita.
Im proud to be a muslim.
2 komentar:
Subhanallah..... mantap si... kata2nya menggetarkan jiwa...
Subhanallah..... mantap si... kata2nya menggetarkan jiwa
Posting Komentar