Kau urus saja dirimu sendiri. tak usah sok prihatin dengan keadaan orang lain. Kenapa? Karena hanya ada nada-nada minor penuh sumbang dan kacau yang hadir dalam lisanmu. Jika saja aku tak punya pendirian yang kuat, percaya diri yang hebat, mungkin aku sudah termakan kata-katamu. Sempurna, menambah terpuruk semua yang ada padaku.
Kau tahu, untuk mencapai jalan sukses itu saja sudah berbeda-beda. Apa kau bisa menyamakannya? Ah, barangkali kau saat ini masih miskin fakta dan realita. Di benakmu, hanya ada ruang gelap persegi yang terkotak bak katak dalam tempurung. Duniamu masih sempit, belum seujung cuil pun pahit yang kau rasakan. Belum setitik darah pun yang kau korbankan dan belum sebening air mata pun yang kau alirkan untuk mendapatkannya. Ah, kau terlalu naif, untuk bisa menyamakan semua manusia berdasarkan kacamata kudamu itu.
Kau tahu, betapa susah payah aku berusaha hingga berkali-kali untuk mencapainya. Tak sedikit waktu yang hilang, tak sedikit keringat yang terbuang, hingga detik menjawab waktu yang terukir pilu, aku belum juga mendapatkan apa yang kumau. Di lain waktu, lain ruang dan tempat serta kondisi, tapi masih sama dalam hal keinginan yang sangat diingini, seseorang di luar sana, hanya sekali dua kali sentak, itupun kadang dipenuhi juga dengan keluhan-keluhan yang tak pantas baginya, langsung menuai kenyataan membahagiakan. Bahwa ada orang seperti aku, juga orang seperti dia, dan orang-orang lainnya yang juga berjuang dan berkorban dalam kadarnya masing-masing. Terkadang yang didapatkan sesuai alias pulang pokok, kadang tak sesuai karena banyaknya kemudahan yang didapat, atau malah memiriskan hati karena perjuangan berat yang melelahkan tak juga kunjung berakhir. Ah, dunia!
Kau harus tahu, tak pantas bagimu menilai apalagi membandingkannya dengan orang lain! Kau bandingkan saja dirimu sendiri! kau juga harus tahu, aku tak butuh sama sekali nilai dan perbandingan yang kau berikan. Aku tak butuh semangat palsu darimu. Menjatuhkanku sempurna lalu mengangkatku agar tak lagi berduka! Heh, apa itu rasionalitasmu dalam berpikir? Apa itu metode yang kau gunakan untuk menjatuhkan orang lain? Ah, mungkin aku terlalu sarkatis skeptis padamu!
Terakhir, kau harus tahu. Memberi semangat tak harus dengan menjatuhkan, bukan? Apa kau ingin menjadi orang yang dibenci selamanya? Apa rasamu sudah teramat sulit tuk memahami orang lain? Aku tahu, maksudmu baik. hanya saja, caramu berkelit, membuat hati orang lain yang mendengarkannya sakit. Menjatuhkan harga diri orang di hadapan orang lain lalu mengangkatnya, itukah caramu berbuat baik? pikirkanlah hal itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar