Kalaulah cita yang mengejar harapan, lantas pada kemanakah tujuan akan disanggakan?
Padalah asa yang menggantung di atas awan. Terikat tak berbenang, terdetak dalam cawan keheningan. Sunyi, senyap. Pada malam yang merangkaikan kata. Tak bersediakah memaafkan walau hanya sepatah kata?
Aku tahu, tak selayaknya aku berlalu. Meninggalkan dengan pongah. Bukan, bukan itu maksudku. Lelah datang mendera. Tak pernah selelah ini kurasa. Sungguh. Tak pernah sekalipun. Lelah fisik berangkaikan jiwa.
Padalah apa kan kukatakan. Aku yang tak bisa menjaga konsistensi keadaan. Terhanyut dalam arus yang semakin menggenang. Tak ada yang bisa menyelamatkan. Selain aku, selain diriku sendiri yang tak menceburkan diri dengan sadar ke dalam. Jauh, teramat sangat jauh hingga melewati jurang.
Dan hingga akhirnya, tak bisa tidak dalam setiap hembusan nafas. Ada kata yang tak terucap. Ada pikiran yang tak tersampaikan. Acapkali aku merasakan dua sisi yang berbeda dan saling berkebalikan. Terhempas dalam arus zaman yang melenakan. Hingga terlupa pada tujuan.
Dan entah sampai kapan, setiap cita akan berubah pasti. Sesempurna pikiran yang merangkai dengan indah. Dalam setiap hembusan jalannya, yang tak pernah terabaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar