Seperti kilat di siang hari. Menggelegar tajam, menggetarkan sanubari. Seharusnya, sih, begitu. Tapi entahlah. Apakah karena ini masih berada dalam efek kemaren sore. Ataukah berada dalam abulia stage? Yang apapun itu terserah saja, sudah lelah dengan semuanya. Dan tak ada lagi keinginan untuk lebih memperkeruh dengan membahasnya. Apalagi mengingatnya.
Segala kemungkinan yang menjadi mungkin. Semuanya berjalan dan berjalan tanpa disadari. Walau mungkin, sesaat mencoba memertajam intuisi, walau barang sedikit. Ada beberapa clue yang dalam perjalanan waktu malam itu membuat segalanya berubah. Ah, sudahlah. Jalani sajalah.
Lagipula tak ada salahnya, kan. Lagi pula, ini memang salahku. Yang tak bisa menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Tak bisa menempatkan mana yang penting, mana yang tidak penting. Mana yang kebutuhan paling penting bagiku, dan mana yang bisa ditunda dulu. Hmm.
Lagipula, tak tahulah. Tak ada salahnya belajar dari kesalahan. Rasa2nya memang banyak sekali aku bersalah, berdosa. Mungkin ini hukuman buatku juga. Aku yang tak bisa mengelola diri dengan baik. Tak bisa kejam pada waktu yang ada.
Sudahlah. Walau bagaimanapun, mata sudah buta. Kilat sudah menyambar. Yang ada hanyalah susuri saja jalan itu, walau tertatih dan tergopoh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar