Masih berbicara tentang menunggu. Ya, menunggu. Tema yang tidak habis-habisnya selagi manusia masih mampu bernafas. Bahkan di dalam kubur pun, masih menunggu sampai waktu yang dijanjikan datang.
Menunggu, untuk konteks ini sangat luas. Menunggu seseorang yang tak kunjung datang, menunggu kelahiran jabang bayi yang sudah lama dinanti-nantikan, menunggu orang terkasih yang akan menjemput datang, menunggu keluarga yang tengah berjuang hidup dan mati menanti hingga selesai operasi, dan menunggu lainnya. Kompleks sekali.
Menunggu, bagiku tetap saja menyimpan sejuta misteri. Setiap kali menunggu, banyak emosi yang datang silih berganti. Terkadang, aku bisa sabar dalam penantian. Kadang kala, kusisipkan doa agar selamat bagi orang yang ditunggu. Namun seringkali, kutumpahkan kekesalan pada dia yang kutunggu-tunggu. Entah apa alasannya.
Dia yang kutunggu tak kunjung datang.
Dalam harapan yang tersimpan dalam.
Terkadang, aku menangis dalam hati, hanya itu ekspresi diri.
Menunggu dalam sepi, entah dia akan datang, atau malah menjauh, pergi.
Aku dan sejuta kenangan yang takkan terganti. Meski kau tak tampak di mataku, namun dekat di hati. Kukutip kata-kata indah ini, agar kau menyadari. Meski aku kesal setengah mati, aku masih tetap menunggu. Akan selalu tetap menunggu.
Meski aku harus tega membunuh segala rasa dalam penungguan.
Meski aku harus kejam menikam hatiku agar tak larut dalam menunggu.
Meski aku harus bersakit-sakitan agar kau yang lama kutunggu tak membuat batinku tertekan.
Walau kutahu, tak ada yang kutahu satupun tentangmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar