Benar. Saat terpuruk dan terjatuh, saat itulah kreativitas muncul. Saat itulah semangat muncul. Kadang, butuh juga sedikit shocked in untuk benar2 merasakan dan membuat segalanya menjadi berarti. Bukan untuk menjadi penghibur diri, tapi menjadi lecutan dan kobaran api yang membakar segala keterlenaan akan dunia.
Sesekali, tak mengapa.
Acapkali kita merasa, setiap keburukan dan kemalangan yang menimpa, adalah karena ketidakberuntungan kita. Terkadang, kita malah menyalahkan orang lain. Entahlah.
Dan saat itu, sulit sekali rasanya untuk berpikir logis. Semua terasa gelap. Semua terasa serba salah. Diri kita dan sekitar menjadi amuk yang pantas untuk dijadikan tumbal.
Apakah memang demikian?
Sulit memang untuk menerimanya. Tapi, seiring berjalan waktu, mau tidak mau, suka atau tidak suka, kita tetap harus menerimanya. Pahit memang, sangat pahit. Apalagi tiada daya upaya yang meluluhlantakkan kepercayaan diri yang hancur berkeping dalam sekejap.
Kalau kita mampu menanggapinya dengan positif, di saat itulah muncul kreativitas. Mengolah segalanya yang awalnya sulit menjadi kenyataan. Ya, asalkan kita berniat bersungguh2 memperbaikinya, bukan sebaliknya, memperkeruh keadaan.
Baiklah, akhiri saja segala lika-liku pemikiran tak terbantahkan yang ada saat ini. Meski tak pernah sesosok pun menghilang rasa sakit dan perih itu, takkan pernah hilang memang. Cobalah untuk menerimanya, terimalah dengan lapang dada dan legowo.
Hampura jika ada yang tak berkenan.