Okay, this time to kill the time. Tak tahu harus bagaimana lagi. Panas, gerah. Menghilangkan mood weekend yang memang tak berjatah. Bukan apa-apa. Hanya saja, membaca sebagian kecil dari kisah kehidupan membuat kita tak mampu bergerak. Membuat kita hanya diam sejenak. Tahu bahwa kita tak bisa berbuat apa-apa sama sekali.
Bertahanlah. Bagaimanapun, kita memang lelah. Lelah di atas lelah lebih tepatnya. Menghabiskan waktu. Hey, waktu. Bagaimana pula caranya menghabiskan waktu yang waktu itupun dari dahulu sejak sekarang selalu begitu-begitu saja. Tak ada yang berubah. Detik demi detiknya selalu begitu saja. Hanya saja, momen yang terisi di dalamnya-lah yang menjadi pembeda. Entah disadari, entah tidak. Itulah yang terjadi saat ini.
Sudahlah. Lupakan saja. Mungkin dalam konteks waktu ini, sesekali kita perlu merasa berada dalam putaran roda pedati. Sesekali berada di bawah. Terinjak-injak dalam gerakannya yang bertubi-tubi. Tak perlu disesali. Sebab setelah itu ada kelapangan yang datang menghampiri. Terserah kita, mau menanggapinya seperti apa.
Dan aku menghabiskan sisa-sisa waktu yang tak biasa ini dalam mata yang masih terbuka lebar. Walau kantuk yang berkesangatan datang menyerang. Kukatakan tidak. Tidak untuk menyerah pada panasnya malam. Apalagi pada gerahnya keheningan malam yang semakin menjadi-jadi. Membuat bulu roma semakin meninggi.
Seperti apapun, aku takkan menyerah pada waktu. Sekalipun ia dekat, dekat sekali padaku. Walaupun ia menatapku, namun tetap diam. Tak menawarkan apa-apa, yang jika tidak terlalu kupikirkan itu takkan berpengaruh apa-apa.
Aku terdiam, lagi-lagi. Dalam kantuk yang datang menyerang, lebih gencar lagi dari dunia perang. Aku akan tetap bertahan, walau aku tak tahu sampai kapan batas itu kan terlampau.
Sudahlah. Badai pasti berlalu. Ya, benar. Seperti status yang pernah kubuat sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar