Rabu, 28 Mei 2014

Cinta Siang Bolong





“Sorot matamu, menggelapkan mataku. Andai kau tahu, betapa aku tak ingin, tapi karenamu, kurelakan segalanya, cinta bahkan kematian, hanya untukmu”

Dalam diam, dari jauh kuperhatikan dia dengan tatapan terluka. Hatiku sakit teriris perasaan yang tak tentu. Di satu sisi aku begitu mengaguminya, tapi di sisi lain ada hal prinsipal yang tak bisa kuganggu gugat. Langkah kakinya, tatapan mata, senyumnya yang begitu menawan dan ramah, semuanya lengkap ada pada diri Mark. Mark Christian, nama lengkapnya. Dia kuliah di Melbourne University, sama denganku. Hanya saja kami berbeda jurusan. Dia fokus di bidang ilmu hukum sedangkan aku hubungan internasional. Aku mengenalnya sekadarnya saja. Rasa penasaranku terlebih besar padanya karena kami tinggal di apartemen yang sama.

***
Aku melangkah gontai menuju apartemen. Apartemen yang tak begitu istimewa menurutku. Meski harga sewanya cukup mahal tapi fasilitasnya biasa saja. AC tak ada, apalagi mesin cuci. Kadang harus berjibaku mengurus segalanya. Untungnya apartemen ini gratis, fasilitas beasiswa full kuliah di Australia dari kementerian pendidikan luar negeri Indonesia. “Alhamdulillah, seharusnya aku bersyukur bisa kuliah disini, gratis pula,” lirihku dalam batin. Meski lelah menyerang sepulang dari padatnya aktivitas di kampus, aku tetap berusaha menggerakkan seluruh tubuhku untuk semangat menempuh perjalanan pulang. Memang jarak kampus dan apartemen terbilang jauh, tapi itulah suatu anugerah bagiku, olahraga. “Hmmm... setidaknya aku bisa menurunkan berat badan dan lebih sehat lagi,”ujarku pelan.

Beberapa hari tinggal di apartemen, aku sudah mulai akrab dengan beberapa orang. Ada Sarah, Sophy, dan Marsha, mereka teman sekampusku tapi beda jurusan. Sarah berasal dari Malaysia, Sophy dari New Zealand, dan Marsha dari Rusia. Sebenarnya apartemenku ini tidak mengkhususkan tempat penginapan bagi wanita saja, disini campur wanita dan pria hanya saja berbeda sisi kamarnya. Wanita di sayap sebelah kanan dan pria sayap kirinya. Awalnya aku tak nyaman dengan kondisi apartemen ini, karena aku tak suka berhubungan dengan cowok, titik. Aku punya pengalaman yang tragis dengan seorang cowok, begitu sulit kulupakan, sungguh menyiksa batinku saat mengingatnya.

“Mark, welcome to this apartment, hope you will enjoy it!” teriak seseorang dari kejauhan beberapa saat sebelum aku membuka pintu apartemenku nomor 228. Refleks aku langsung memalingkan pandangan ke sumber suara. Disana kutemukan sesosok pria jangkung, atletis, dan berambut gondrong sedang mengangkat bagasinya, memasuki kamar apartemen tepat di seberang apartemenku. Mataku bergidik ngeri, “Oh no! Jangan sampai cowok itu tinggal disana,” aku memelas, makin lemas. Meski pahit tapi harus juga kukatakan, aku tak suka ada pria yang menempati kamar tepat di depan kamarku, persis. Membayangkannya saja membuat ulu hatiku nyeri, apalagi jika harus melihatnya setiap aku pulang dan pergi. “Oh, how come?!” teriakku dalam hati, kesal yang kutahan-tahan sejak tadi.

Dalam sekejap mata, cowok itu memandangku, mata kami saling berpapasan. Seketika itu ada perasaan gundah yang menyergap hatiku, tak bisa tidak aku membalas pandangan matanya. Tatapan matanya yang begitu hangat, mengingatkanku pada seseorang. Ya, seseorang yang pernah singgah di hatiku dulu, sangat membekas bagiku. Entah apa yang merasukiku sesaat, sehingga aku terpana begitu lama tenggelam dalam tatapan matanya.

“Hallo, my name is Mark, Mark Christian. Nice to meet you!” sapanya padaku dengan ramah. Membuyarkan lamunan panjangku yang entah berapa lama kurasakan. Aku bingung harus menjawab apa, aku takut padanya. Aku takut jika dia juga akan membunuhku pelan-pelan, sama seperti seseorang dari masa laluku. Dengan sigap segera kubuka pintu apartemen dan langsung masuk ke dalam tanpa mempedulikan Mark. “Oh, namanya Mark,” desahku pelan sambil menarik napas sedalam-dalamnya. Mencoba menghilangkan kepanikan dan kegelisahan yang menyergap relung hatiku. Luka lama itu seolah menganga kembali, Mark mengingatkanku pada seseorang yang dulu kucintai.

Di luar sana Mark tampak bingung. Apa ada yang salah dengan kata-katanya barusan? Tanpa berpikir lama Mark kembali membereskan barang-barangnya, menata kamar barunya. Ini adalah hari paling sibuk bagi Mark, semestinya Mark tak perlu susah-susah dalam hidupnya. Keluarga besar Mark ada di Melbourne, tapi dia memutuskan untuk hidup mandiri dan tak bergantung lagi pada orang tuanya. Jadilah Mark memilih tinggal di apartemen yang paling dekat dengan kampusnya.

***
Seperti biasa setiap Minggu pagi aku selalu jogging keliling kampus dan taman kota sendiri. Aku lebih senang jalan sendiri daripada bersama-sama, lebih bebas dan tak terikat siapapun. Begitupun kehidupanku saat ini, tak terikat siapapun, selain kenangan pahit itu. Sport shoes, botol minuman, handuk, yap sudah siap semuanya, saatnya berangkat jogging. Saat kubuka pintu apartemen, lagi-lagi aku harus berpapasan dengan orang itu. “Huh, sepagi ini sudah merusak mood ku saja,” keluhku lagi-lagi dalam batin. Sepertinya dia hendak pergi ke suatu tempat, style dan dandanannya mengingatkanku pada sesuatu. “Oh, sepertinya dia mau ke gereja, hmmm,” desahku lagi. Ada sedikit kekecewaan dalam nada keluhanku. Entahlah, aku tak tahu pasti apa itu. Yang kutahu dia adalah tetangga baru apartemenku dan seseorang yang berbeda keyakinannya denganku, hanya itu saja.

Lagi-lagi dia melihat ke arahku. Kali ini sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu, tak langsung menyapaku begitu saja seperti kejadian tempo kemarin. Tiba-tiba saja dia berjalan, mendekat ke arahku, dan berkata,” Good morning, bagaimana kabarmu? Oya, maaf jika kemarin aku mengagetkanmu. Perkenalkan, namaku Mark Christian. Kau bisa memanggilku Mark,” katanya seraya menyodorkan tangan, ingin bersalaman denganku. Hatiku berkecamuk, “Apa aku harus meladeni dia atau tidak?” batinku lagi. Antara iya dan tidak kujawab saja seadanya. “Iya, no problem. Namaku Rena. Oya Mark, aku harus pergi, maafkan aku,”kataku padanya seraya beranjak pergi, tak ingin terlalu lama dekat dengannya.

Sepanjang jogging entah kenapa aku selalu memikirkan Mark. “Ya Tuhan, kenapa ini begitu sulit bagiku? Aku merasa bersalah padanya. Tapi aku juga tak sanggup dekat dengannya, aku tak mau dekat dengan cowok manapun. Apalagi dia, Mark begitu mirip dengannya, sangat mirip. Hanya saja Mark lebih ramah dan cool daripada dia, apalagi sorot tatapan matanya, dan itu membuatku sedikit sulit untuk menolak mengenalinya mentah-mentah. Mark, siapa sebenarnya kau ini? Kenapa kau datang di saat aku luka hatiku sudah mulai membaik? Kenapa?”

***
Hari berganti hari dan bulan berganti bulan. Arus waktu begitu cepat mengalir, namun aku masih saja belum bisa menghilangkan ingatanku dari Mark. Seperti biasa, setiap pergi dan pulang ke apartemen, atau sekedar keluar ingin berkumpul dengan teman-temanku tak jarang ku berpapasan dengan Mark. Awalnya aku begitu dingin padanya. Tapi dia tetap saja berusaha untuk ramah padaku, tak menaruh curiga ataupun benci sedikitpun padaku. Meski tak banyak yang kami bicarakan, dari berbagai pertanyaan Mark padaku, tampak jelas betapa dia ingin mengetahuiku lebih dalam. Dan itulah yang tak kuinginkan, hubungan yang berjalan semakin jauh.

Mark menanyakan asal daerahku, keluarga, alasanku kuliah di Australia, dan masih banyak lagi pertanyaan enteng lainnya. Aku berusaha untuk tak terlalu terbuka padanya, tapi setiap kali aku berbicara dengannya di saat itulah aku sulit untuk menolak menjawabnya. Seolah setiap kata yang bergulir dari bibirnya dan kesungguhannya dalam bertanya itu adalah hipnotis bagiku. Perlahan tapi pasti, aku mulai menaruh rasa padanya. Rasa yang sama sekali tak kuketahui dengan jelas. Sungguh rasaku bercampur aduk, melihatnya saat ini memaksaku mengingat masa lalu yang kelam. sungguh, aku tak tahu apa ini.

Aku kebingungan dengan perasaanku saat ini. Tersiksa tak menentu, kadang kurasa bahagia, kadang duka. Kadang kutertawa kadang menangis. Kadang kusuka kadang benci. Tak tahan dengan rasa yang aneh ini, kuceritakan saja semuanya pada teman-temanku. Kuceritakan sejak dari kisah tragisku dahulu hingga pertemuanku dengan Mark. Sarah, temanku yang lebih sensitif dan lebih mengerti perasaanku karena kami serumpun, akhirnya memberikan beberapa masukan yang berarti bagiku. Teman-teman yang lain juga tak kalah menyemangatiku. “Rena, sepertinya bukan keanehan yang kau rasakan. Tapi itu adalah cinta, cinta yang kau rasakan pada Mark. Hanya saja kau terbebani karena merasa bersalah pada dirimu sendiri dan tak bisa melupakan masa lalumu. Rena, yang lalu biarlah berlalu, tataplah masa depan. Tak ada gunanya lagi kau ratapi setiap kesalahan masa lalumu. Jadikan pelajaran berharga agar kau tak lagi mengulanginya,” demikian nasehat Sarah yang selalu terngiang-ngiang di telingaku.

Nasehat Sarah tak serta merta kuterima begitu saja. “Begitu mudahkah melupakan masa lalu baginya? Huh, barangkali dia belum pernah merasakan apa yang aku rasakan,” selorohku dalam hati. Lama kutermenung dalam kamar, duduk di samping jendela sambil memandangi langit. Malam ini begitu indah, langit bersih bertaburan bintang. Kuingat-ingat lagi nasehat Sarah tempo hari, sepertinya ada benarnya juga. Sambil menatap bulan, kuteguhkan hatiku bahwa aku akan melawan masa laluku. Tak akan membiarkan bekasnya menghantuiku lagi, tak lagi. Aku harus berani menatap masa depanku, dan dalam lirihku berkata, sepertinya benar, aku mencintaimu, Mark. Sungguh sangat mencintaimu.

***
Sekuat tenaga dan dengan percaya diri yang dipenuh-penuhkan, aku beranikan diriku untuk menghubungi Mark lewat ponsel. Padahal kamar kami bersebelahan, apa salahnya aku berkunjung kesana. Tapi kuurungkan niatku, aku tak ingin tergesa-gesa. Aku takut jika Mark menilaiku aneh, karena belakangan ini aku selalu menolak menjawab pertanyaannya. Dia yang menyatakan perasaannya padaku meski hanya tersirat. Dan malam ini, aku ingin meyakinkan perasaanku padanya. Tapi tiba-tiba saja aku urungkan niatku, ada sesuatu yang terjadi.

Logika dan perasaan ini berperang, tak mau kalah. Malam ini hampir saja aku memenangkan perasaanku pada Mark. Tapi logikaku sekali ini menyusup dalam hatiku, mempertanyakan dimana kuletakkan prinsip hidupku. Prinsip hidup yang kuyakini sejak kecil, bahkan sejak aku masih dalam kandungan. Masalah perbedaan keyakinan yang begitu kutakutkan untuk kunodai. Meski aku bukan penganut agama yang taat, tapi aku tak ingin menyalahi prinsip itu.

Batinku lagi-lagi berontak. Aku tak tahan lagi dengan semua ini, ingin rasanya aku mati saja.

“Mark, akankah perbedaan ini memisahkan kita? Tapi aku tak sanggup menentang prinsip hidupku.”
“Mark, akankah kau mencintaiku seperti apapun keinginanku?”
“Mark, akankah kita bisa bersama walau secara prinsipal ada yang membedakan kita?”
“Mark, sungguh aku tak sanggup hidup tanpamu. Tapi aku juga tak sanggup melawan hati nuraniku.”
“Mark, akankah cinta ini membunuhku, membunuhmu atau membunuh kita?”
‘Mark, akankah cinta ini, seperti kebanyakan kisah-kisah cinta lainnya berujung pada kematian?”
“Mark, apakah setelah kematian yang dilewati, kita dapat hidup bersama dan saling mencinta?”

Oh tidak, sungguh naifnya diriku.

“Tuhan, maafkan aku yang mencintai dia, dan rela mati untuknya.”

Tangisku meledak mengalir kencang, tak dapat kutahan lagi. Aku bingung, apa yang harus aku lakukan? Akankah dia bisa menerimaku apa adanya? Akankah aku bisa menerima dia apa adanya? Dalam hening malam, kutitipkan saja perasaan dan logika ini sejenak padaNya, aku bingung, cinta ini sangat rumit.

***
Mark mengetuk kamar apartemenku pagi ini. Aku kaget, tak pernah sekalipun dia mencoba mendekatiku, apalagi datang ke kamarku. Aku tak ingin beranjak dari atas kasur, aku malu padanya. Kurasakan mataku masih bengkak dan tampak merah. Jelas sekali karena menangis semalaman. Tapi aku khawatir nanti Mark menyangka ada apa-apa denganku. Segera saja aku ambil ponsel yang tak jadi kugunakan tadi malam, dan kukirim message padanya. “Mark, ada apa? Maaf aku tak bisa menemuimu saat ini, badanku kurang enak,” smsku pada Mark. Seketika itu juga tak lagi kudengar dia di depan kamarku.

Selang beberapa saat kudapati pesan singkat darinya. Dia khawatir padaku, sepertinya dia punya firasat yang tak enak semalaman. Hmm, entah itu benar atau tidak, tapi firasatnya sungguh tepat. Aku benar-benar bingung dan terpuruk saat ini. “Maafkan aku Mark. Aku mencintaimu, tapi aku tak bisa memilikimu Mark. Aku tahu kau juga mencintaiku. Apa yang sebaiknya kita lakukan?”

“Oh, beginikah rasanya pungguk yang merindukan bulan?”

“Saat pungguk mencapai bulan namun harus melepaskannya.”

“Apakah seperti ini kisah cintaku? Tak lepas dari ketakutan dan kehilangan yang sangat?”

“Wahai cinta, kenapa kau begitu tega padaku dan dia?”

“Apakah tak ada lagi jalan lain bagiku, ataukah ini memang jalan takdirku?”

Lagi-lagi buliran syair mengalir deras dari relung hatiku. Kurasa hanya inilah yang dapat mengobati rasa di jiwa ini, saat ini. Tuhan, apa yang harus kulakukan? Kenapa semua ini seperti mimpi buruk bagiku? Tuhan, salahkah jika aku mencintainya? Ataukah lebih baik jika aku mencintainya dalam diam saja?

Aku menangis dan tetap saja menangis. Aku merasa lemah dan letih. Lelah rasanya menghabiskan energi dengan menangis dan mengeluh. Tapi air mata ini tak bisa berhenti keluar. Mengalir deras dan deras hingga membanjiri kasurku. Aku basah, terendam oleh air mataku yang menganak sungai.

Oh, tidak. Kenapa air mataku mengalir separah ini? “Ya Tuhan, apalagi ini?”

Tiba-tiba aku mendengar jeritan suara, tak jelas suara apa. Telingaku samar-samar mendengar suara, lama-kelamaan semakin jelas, semakin nyata. Aku berusaha mencari asal suara itu, gerakanku seolah tertahan, terhimpit sesuatu yang berat sekali. Kemudian nampak secercah cahaya, semakin terang dan nyata. Dan aku terbangun dari mimpi burukku. “Wah, ternyata mimpi, ah, benar-benar nyesek banget sih,” aku menyumpah serapah lantang, tak lagi tertahan dalam hati.

Kubuka jendela kamar apartemen, kuhirup udara segar dalam-dalam. Kulihat sekeliling jalanan masih sepi, tapi mataku tertuju pada seseorang yang sedang jogging. “Hah, bukankah dia Mark yang di mimpiku?”


Namaku Yessi Arsurya, nama penaku Waishi. Aku tinggal di Jati Padang. Untuk informasiku lebih lanjut bisa menghubungiku di 081803173265, atau media sosial fb yessi arsurya. Oh ya, aku juga punya twitter @yessiarsurya. Yang mau kirim surel bisa lewat emailku yessiarsurya@rocketmail.com. Terima kasih.

Rabu, 21 Mei 2014

Semua Akan Indah pada Waktunya



Semua akan indah pada waktunya... begitulah hal yang akan dan terus selalu bergema di hati para ikhwan dan akhwat yang mulai memasuki masa-masa penantian. Memang demikian adanya, sebuah penantian panjang yang tak menentu, tapi isyarah nabi Muhammad seolah menjadi hawa sejuk di tengah padang pasir, memberikan keoptimisan bahwa janji Allah itu benar. Layaknya masa kejayaan Konstantinopel dahulu berhasil ditaklukkan oleh Muhammad Al Fatih setelah penantian panjang lebih kurang 800 tahun hingga akhirnya masa itu menjadi kenyataan yang tak terelakkan.

Begitu juga dengan perrmasalahan hati. Sejak dalam rahim sebelum roh ditiupkan oleh melalui perantara malaikat, sudah ditentukan takdirnya. Apakah janin ini hidup atau mati sebelum dilahirkan, kelak saat lahir apakah ia akan lahir sempurna atau cacat, lalu apakah ia akan menjadi orang baik atau sebaliknya, rezeki, jodoh, dan mautnya sudah ditentukan sebelumnya. Sungguh, tiada usaha kita untuk dapat menidakkan takdir yang sudah terpateri dalam Lauhul Mahfuzh ini, dengan ikhtiar, doa, dan tawakkal semoga kita dapat menjemput takdir yang terbaik, aamiin.

Rasa yang tumbuh saat ini bukanlah rasa yang harus dibabat mati, apalagi dibunuh dan dikubur dalam-dalam. Kalau sudah mampu dan siap lahir bathin apa salahnya menikah saja. Tapi selalu ada-ada saja halangannya, namanya juga bersegera dalam kebaikan dan menyempurnakan separuh agama pastinya ada yang menghalangi. Membisikkan nada-nada minor dalam hati sampai ragu dan bimbang. Merasa selalu saja ada yang kurang atau yang belum bisa. Hmm, namanya juga usaha pasti butuh keoptimisan dan tidak asal memilih saja.

Perlu digarisbawahi disini, perasaan galau itu jika datang sesekali tak apa. Pertanda sinyal-sinyal tertentu tengah tumbuh dalam fase siklus kehidupan manusia normal. Hanya saja jika rasa galau tersebut datang tak jemu-jemu, sampai-sampai menguras pikiran dan kalbu, ini jelas berbahaya. Bahasa kerennya sekarang itu virus merah jambu (VMJ). Kenapa harus virus yang disalahkan? Toh, virus tak bersalah menularkan racun-racun cinta pada hati manusia. Tapi sekali lagi, virus ini meski ukurannya kecil sekali bahayanya luar bidahsyat.

Oke, awalnya hanya ingin menjaga hati agar tak terkotori dengan pikiran-pikiran aneh. Tapi memimpikan si dia yang kelak menjadi calon imam kita, atau diam-diam menyimpan rasa dengannya karena luar biasanya dia, apa salahnya? Coba pikirkan, kalaulah saja sempat pikiran kita dipenuhi oleh si dia, mau ini ingat dia, itu ingat dia, lalu kapan ya ingat Allah? Kapan ingat zikir pada Allah? Sibuk sajalah memperbaiki diri, mendekatkan diri pada Illahi, Insha Allah jodoh yang baik, yang soleh tak akan lari. Aamiin.

Masih ingatkah di Al-Quran QS An-Nuur ayat 26 jelas diterangkan bahwa “wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)” . Jadi ukhty-ukhty, marilah kita sibuk memperbaiki diri, meningkatkan kualitas diri, dan otomatis segala gundah gulana dan galau itu akan hilang dengan sendirinya. Bukankah Allah SWT telah berjanji dalam QS Al Ashr ayat1-3, “Demi masa, sesungguhnya manusia merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, yang saling nasehat-menasehati dalam kebaikan, dan saling nasehat-menasehati dalam kesabaran”. Insha Allah, semua akan indah pada waktunya. Semoga bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis dan dapat diamalkan dengan sebaik-baiknya.

Rabu, 14 Mei 2014

MALIN TAMBANG




“Nak, ingek pasan bundo, satinggi-tinggi tupai malompek pasti jatuah juo. Kok hujan batu di nagari awak, hujan ameh di nagari urang, nagari awak tetap nan utamo. Dek ulah tangan manusia juo,mako tataruang kaki, nan alam takambang indak dipagurui”

***

Pikiran itu berkelebat dalam otakku, nyaris meluluhlantakkan pendirian yang selama ini kubangun. “Tidak, aku tak akan kena dengan pesan sialan yang bertahun-tahun lamanya itu selalu kudengar dari bundo, ibu tiri yang tak kuanggap sama sekali itu bukan ibu kandungku!” cercaku membatin.

Pagi ini aku disuguhkan lagi dengan sarapan basi. Sebasi berita-berita di koran dan televisi yang kian hari kian tak jelas. “Ada-ada saja mereka, baru anak kemarin sore sudah berlagak hebat menyiarkan berita bak profesional, dibumbui info yang tak jelas asal usulnya pula”, sambil melotot geram melihat televisi dan mematikannya.

“Yayaah, kok dimatiin sih tv nya? Kan bental lagi ada film kaltun kesukaanku…”

Anakku satu-satunya yang masih belum sekolah itu pun merengek manja meminta remote tv dan ingin menghidupkannya lagi.

“ Nggak! Pergi sana tempat mamamu! Jangan ganggu Ayah!” bentakku keras padanya.

Dia pun berlari sambil terisak kecil menjauhiku. Aku ayah yang kejam memang. Namun aku seperti ini juga untuk kebaikan dia, agar dia tak lemah dan bergantung kepada orang lain. Itu juga yang diajarkan oleh Abak padaku sejak kecil. Hingga aku bisa seperti ini.

Seolah memecah kesunyian rumah besar mewah yang memang berpenghuni hanya lima orang, aku, istriku Rani, anakku Robi, si bibik yang mengurus rumah, dan pak Olga yang merangkap kerja sebagai tukang kebun dan sopir pribadiku. Tak sebanding memang dengan kehidupanku dulu saat masih di kampung Padang Lamo. Tapi di ibukota metropolitan inilah kehidupan yang kujalani saat ini, aku dengan segenap kekuatan dan kerja kerasku, akan aku lakukan untuk mendapatkannya.

Lagi-lagi sepagi ini ponselku berdering. Seseorang nan jauh disana, aku berbicara dengannya lewat sinyal dan gelombang yang sama.

“Bos, maaf mengganggu sepagi ini. Bos sudah lihat berita di tv dan koran beberapa hari ini? Sepertinya ini akan berbahaya bagi posisi kita Bos. Apa perlu kita segera mengambil tindakan, Bos?”

“Hmm… kau tunggu sampai esok hari dulu Bondan. Kalau media itu masih saja macam-macam, besok tanpa babibu langsung saja kau tindak mereka.”

“Oke, siap Bos! Saya pamit dulu, selamat pagi Bos!”

***

“Malin, janganlah sering-sering kau tebang pohon itu, nanti rusak tanah pandam nagari kita,” kata bundo suatu hari.

“Tidak bundo, apa hak bundo melarang Malin. Bundo bukan ibu kandung Malin. Lagipula kayu-kayu kurus kering ini akan Malin jual ke pembuat karupuak sanjai, Malin butuh uang bundo, bundo mana bisa kasih Malin uang?!”

Tatkala itu, siang tak hingar bingar, malam sepi tanpa kelakar. Hanya di sudut-sudut surau saja di kampungku itu yang malamnya dipenuhi anak-anak bujang yang tinggal di surau. Ada yang belajar mangaji, berbalas pantun, pencak silat, atau hanya sekedar numpang tidur saja sambil berkelakar dengan teman sebayanya. Maklum, para anak bujang dulunya punya raso jo pareso kalau masih saja tidur di rumah orang tua.

Tapi siang itu tak seperti biasanya. Ada sedikit keributan kecil yang terjadi antara orang tua dengan anaknya. Di samping rumah gadang yang namanya tidak seluas kondisi sebenarnya itu, bersiteganglah antara bundo dengan Malin. Malin tetap saja menumpuk kayu hasil tebangannya di lorong bawah rumah gadang tanpa segan pada bundonya. Bundo hanya bisa bersabar dengan sikap Malin, lagi-lagi. Entah sampai kapan pertahanan seorang bundo akan hancur luluh oleh sikap kasar dan keras kepala anaknya Malin.

Ternyata Malin tak hanya menebang pohon saja, apapun dia lakukan untuk mendapatkan keinginannya. Merambah hutan pun dia lakukan, menambang pasir di sungai bahkan memikul batu-batu besar untuk bangunan pun dikerjakannya juga. Sekalipun harus berkali-kali bersikukuh dengan bundonya. Tak jarang orang kampung sekitar juga turut andil menasehati, tapi apalah daya. Hingga akhirnya oleh orang kampungnya dia dijuluki “Malin Tambang”, karena memang hobinya menambang apapun yang ada di alam sekitar kampungnya. Andai saja Abak Malin masih hidup, mungkin Malin masih bisa menerima nasehat dari Abaknya.

“Malin, sampai kapan wa’ang mau seperti ini? Bundo sudah berusaha kerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidup kau Malin. Tapi kenapa wa’ang masih saja merambah alam sembarangan Malin?”

“Malin, dengarlah nasehat bundo ini, sekali ini saja Malin. Pesan bundo yang akan berguna sampai nanti, pesan nan alah turun temurun dari nenek moyang. Alam takambang jadikan guru, tando-tando nan patuik wa’ang inok manuangkan, sabab ndak salamonyo alam tampek awak bapijak kini sarancak dan samanih isi nan dikanduangnyo."

***

Secepat kilat kusambar jas kebanggaanku, tak lupa tas dan sepatu kulit hitam branded keluaran negara Eiffel. Konon kabarnya, barang tersebut diproduksi limited edition. Akupun bergegas melesat menuju kantor untuk memastikan bahwa semuanya baik-baik saja. Meski suasana hati tak mendukung, tapi apapun yang terjadi, masalah ini harus segera beres. Jangan sampai mengancam keberlangsungan perusahaannya, apalagi terhadap para investor yang tak tanggung-tanggung merogoh kocek sedalam-dalamnya untuk sekedar menanam uang di tanah subur.

Ya, proyek yang saat ini tengah menjadi sorotan media massa. Padahal tinggal sedikit lagi dan aku yakin investor lain akan berdatangan membanjiri perusahaanku. Perusahaanku yang bergerak di bidang pertambangan bahan-bahan alam yang nilai jual ekspornya membumbung tinggi. Negara tetangga bahkan Eropa dan Amerika tak luput dari sasaran pasar global perusahaanku.

“Bagaimana perkembangan terakhir proyek kita di kampung Padang?” selidikku pada sekretaris proyek.

“Mohon maaf Bos. Jika ini bukanlah kabar yang diharapkan, tim kami sudah berusaha maksimal, namun ternyata terjadi sedikit kesalahan pengkalkulasian dalam proyek kita ini Bos. Tapi yang tak saya mengerti akibatnya cukup fatal, persis seperti yang diberitakan.”

“Tak becus kau! Lihat berapa kerugian perusahaan ini! Nyawa kau pun tak sanggup menebusnya. Keluar kau!”

“Sekali lagi maafkan saya Bos. Ini murni kesalahan tim kami. Tapi Bos, ada kabar yang lebih tak enak dari ini Bos. Akibat penebangan pohon di hutan Padang, pengerukan pasir dan batu, apalagi di musim hujan ini menimbulkan banjir yang sebelumnya tak pernah terjadi disana Bos.”

“Ah, itu bukan urusanku! Lagian toh, itu salah kau. Kau yang buat ulah disana, jangan ngawur kalau aku yang harus ganti rugi itu semua,” pelototku padanya.

“Tapi Bos, tapi….”

“Gak ada tapi-tapian. Keluar!”

***

“Bundo, Malin sudah besar, tak betah lagi Malin tinggal berlama-lama disini. Malin ingin pergi merantau bundo, ikut dengan Mak Pono ke Jakarta. Katanya disana kehidupannya lebih mudah dan enak daripada disini.”

“Bundo tak akan melarangmu Nak. Pergilah, kejarlah cita-citamu. Bundo hanya bisa mendoakanmu dari sini Malin, semoga kau sukses jadi orang yang berhasil, Nak.”

“Tak usahlah Bundo meragukan Malin. Malin bisa melakukan apapun yang Malin mau tanpa bundo. Malah bundo yang selama ini menyusahkan Malin. Malin ingin mandiri, tak mau lagi bergantung dengan orang lain, apalagi bundo. Jadi tak usahlah bundo mencemaskan Malin.”

“Indak banyak pinto bundo Malin, jan wa’ang terlalu maninggikan diri, sabaiak—baiak urang nan cadiak pandai, kian barisi kian marunduak, bak padi nan boneh.”

“Nak, ingek pasan bundo, satinggi-tinggi tupai malompek pasti jatuah juo. Kok hujan batu di nagari awak, hujan ameh di nagari urang, nagari awak tetap nan utamo. Dek ulah tangan manusia juo,mako tataruang kaki, nan alam takambang indak dipagurui.”

“Hentikan bundo, panek Malin mendengar kata-kata aneh bundo itu. Seperti tak ada kata-kata lain saja. Malin pamit dulu bundo, jadi bundo tak usah cari-cari Malin lagi karena Malin merantau jauh. Suatu saat Malin akan buktikan Malin akan jadi orang sukses, Malin ingin jadi penambang yang kaya raya seperti di koran-koran, dan terkenal.”

***

“Hotnews diberitakan langsung dari kampung Padang bahwa sejak pagi ini hujan lebat terus mengguyur kawasan kampung Padang dan sekitarnya. Terjadi longsor dan banjir bandang yang meluluhlantakkan satu kampung yaitu di kawasan kampung Padang Lamo. Dilaporkan korban yang meninggal mencapai 56 orang, belum ditemukan 47 orang. Hingga saat ini tim SAR beserta polisi masih berada di lokasi kejadian untuk mengevakuasi korban. Medan yang licin dan terjal menyulitkan pencarian korban.”

Aku yang tak berselera melakukan apapun di ruangan setelah marah-marah tadi pagi, sontak kaget dan tak percaya dengan apa yang aku lihat di tv. Kampung Padang Lamo, satu kampung luluh lantak oleh longsor dan banjir bandang. Oh tidak, itu adalah kampung halamanku. Secepat bermacam aliran entah listrik kilat atau apapun itu menyambar di sekujur tubuhku. Segera aku panggil kembali sekretaris yang sudah kusuruh pergi jauh-jauh sejak tadi. Aku, bagaimanapun itu aku seperti merasa tetap tak sanggup menghadapinya jika berita itu benar.

“Apa kau sudah lihat berita terakhir? Apa kau tau itu?”

“Mohon maaf, Bos. Tadi saya ingin menyampaikan hal itu, tapi saya sungguh tak sanggup.”

“Oh Tuhan, apa lagi yang terjadi ini? Kau, cek keadaan bundo segera! Dan yang lainnya, laporkan padaku secepat yang kau bisa!”

***

“Nak, ingek pasan bundo. Nak…. Malin, jan kau rusak alam itu semau kau….Malin….” tak terasa kata-kata bundo itu kini terafirmasi dalam benakku. Memori yang kuingat tentang bundo hanya itu, tak lebih. Ingat hanya karena terlalu sering diucapkan bundo tanpa aku turuti. Mataku memberat, cairan hangat setitik demi setitik membanjiri pipiku. Tak sanggup lagi kubendung.

“Bundo, anak macam apa aku ini, maafkan aku bundo, aku…aku… sungguh belum siap kehilangan bundo. Aku durhaka bundo, pada bundo dan juga orang kampung. Aku…aku…pelan-pelan telah membunuh orang kampungku sendiri. Maafkan aku, oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan?” lirihku mengiba.

Malin, meski harus kehilangan bundo dan beberapa orang kampung yang dikenalnya dengan baik, akhirnya ia dapat bangkit kembali dari keterpurukannya. Kini, ia hanya dapat menyesali yang sudah terjadi, nasi sudah jadi bubur. Malin sekeluarga memutuskan untuk pindah ke kampung kecil di kampung Aceh. Meski hati kecilnya ingin sekali menginjakkan kaki di tanah kelahiran, namun kedatangannya hanya akan menjadi musibah penolakan yang bertubi-tubi bagi keluarganya.


Selasa, 13 Mei 2014

MIXTURASI CINTA



by: Yessi Arsurya


Hawa itu menelisik di sudut-sudut hatiku, seolah-olah ingin mencabik jiwaku. Pagi sesunyi dan sedingin ini, seolah mereka kompak untuk semakin menenggalamkanku dalam kesedihan yang teramat dalam. Aku yang sejak entah berapa lama sudah berdiri di sudut kamar dekat jendela yang sengaja kubuka lebar, mematung menatap kilau gemerlap dunia. Padahal ini masih pagi, seharusnya aku mulai hari yang berkah ini dengan bismillah dan senyuman terbaik. Pun Rasulullah seringkali mengingatkan betapa pentingnya suasana shubuh. Mengawali pagi dengan kesungguhan dan rencana terbaik. Bahkan kata sebagian orang kalau pagi buta saja masih bermalas-malasan maka jangan salahkan rezeki dipatok ayam.

“Aku tau itu semua, tak usah lagi kau ceramahi aku sepagi ini”,kataku berontak dengan hati kecil. Sudah kucoba untuk melupakan kejadian kemarin, tapi tetap saja. Dengan langkah gontai kuayunkan kaki sekuat tenaga untuk berwudhuk, hampir beberapa pintu yang harus kulalui menghabiskan seluruh tenagaku. Padahal aku sudah bangun jauh sebelum adzan shubuh berkumandang, tapi tetap saja. Dengan sisa-sisa tenaga itu kukuatkan hati dan berharap semoga setelah sholat mungkin aku bisa mendapatkan jawabannya. Ya, jawaban yang membingungkan dan membuatku bahkan tak lagi mengenali siapapun.

Ribuan kilometer terasa perjalanan yang kutempuh hingga aku bisa kembali ke kamar dan sholat. Nyaris saja aku beberapa kali tertilang karena ketidakmampuanku. Ektremitas yang kaku menyulitkanku, tapi sekali lagi, aku gunakan sisa-sisa yang ada itu hanya untuk tetap melaksanakan kewajiban pagi ini. Sesunyi atau setemaram apapun suasana perasaanku pagi ini. Di kamarku yang kecil mungil, hanya sepertiga bagian dekat pintu saja yang biasa aku gunakan untuk sholat. Seharusnya kalau aku tidak begini, sedari tadi aku sudah melesat menuju surau dekat rumahku yang letaknya hanya sejangkal dengan jarak tempuh beberapa menit untuk sholat berjemaah. Tapi sekali lagi, tak kuasa aku melakukannya.

Tak terasa pipiku sudah basah sekali, pelupuk mataku memberat sehingga aliran deras cairan hangat itu tak kuasa kutahan. Masih dalam doaku pagi ini, aku berharap semuanya akan baik-baik saja. Dalam pagi yang berkah ini, aku berharap bisa mendapatkan jawaban yang pasti walau tak langsung kudapatkan. Sungguh, perasaan ini seperti membunuhku perlahan-lahan, menganestesi rasa yang sudah lama kubangun dan akhirnya harus roboh dalam sekejap.

Dia yang dulu tak lagi dia yang kini. Aku yang dulu, kini, masih saja sama, terlalu rapuh. Rapuh menjalani hidup yang keras ini jika tanpa dukungan dan motivasi dari dia. Sulit bagiku untuk mempercayai bahwasanya dia yang dulu kukenal kuat kini menjadi sangat rapuh, tak sanggup melawan jutaan bahan-bahan kimia yang setiap hari diinjeksikan ke tubuhnya. Bahkan untuk melakukan aktivitas kecil saja seperti berjalan atau ke kamar mandi dia tak bisa. Yang membuatku kecewa, kenapa aku harus jadi orang terakhir yang tahu kondisinya? Kenapa dia tak pernah jujur padaku tentang satu hal itu saja? apa aku begitu rapuhnya hingga hal seperti itu tak boleh kuketahui barang sedikitpun?

“Apa artinya persahabatan atau ukhuwah yang selama ini dibangun antara kau dan aku?” lirihku dalam hati. Yang kubutuhkan saat ini adalah jawabmu, jawaban yang keluar dari bibir kelu dan pucatmu itu, tidak, aku tak ingin mendengarnya. Atau aku ingin tau jawabmu dari wajah dan pancaran matamu, tidak, aku juga tak sanggup melihatnya. Bahkan aku tak bisa melakukan apa-apa untukmu sahabatku. Kenapa kau, kenapa kau begitu tega membuat aku seperti ini?

Dari diagnosa dokter, sahabatku divonis menderita limfoma maligna stadium akhir. Dan kini dia harus menjalani kemoterapi yang memang sungguh menyakitkan baginya. Tak ada pilihan lain selain memasukkan cairan beracun tersebut untuk membunuh sel-sel kanker di tubuhnya, yang tak ayal juga perlahan membunuh sel-sel yang sehat. Aku tak sampai hati melihat keadaannya saat ini. Ya Allah, kenapa harus dia? Kenapa tidak aku saja yang memang rapuh ini menderita penyakit yang bersarang di tubuh sahabatku? Jika saja aku dapat menggantikannya.

Dan hal yang paling kusesali hingga pagi ini, betapa naifnya aku. Harusnya aku tak lari kabur begitu saja meninggalkannya tadi malam. Begitu naifnya aku yang seharusnya menguatkan dia yang setiap hari selalu menguatkan aku, dan menemaninya tapi apa yang aku lakukan? Aku, ada apa denganku?! Kenapa aku begini? Ya Allah, sungguh aku tak bermaksud apapun terhadapnya, tak ingin membuatnya sedih atau kecewa. Hanya saja ya Allah, kenapa semua ini terasa begitu mendadak? Seperti kilatan petir yang menyambar di depan mataku, dan membutakan perasaanku? Ya Allah, kenapa ini harus terjadi? Ya Allah, kuatkanlah dia, sembuhkanlah dia, aku…, aku belum siap kehilangan dia secepat ini. Ukhuwah ini sudah terjalin begitu erat, antara aku dan dia. Walau tak terikat apapun, tapi aku sudah menganggapnya seperti kakakku sendiri. Ukhuwah yang begitu indah ini tak ingin berakhir tragis seperti ini. Kabulkanlah doaku ini ya Allah….

Lamunanku terbuyarkan, jantungku berdegup kencang. Meski aku tak terkejut dengan alunan lagu Paradise dari Maher Zain yang samar-samar berbunyi dari ponsel, aku mulai berpikir yang tidak-tidak. Apalagi sepagi ini, jarang ada telpon, kalaupun ada itu hanya sms. Tapi, aku merasakan ada getaran yang mengalir di sekujur tubuhku, yang membuat kebekuan pagi ini bertambah parah. Terlintas di pikiranku sesuatu yang aku takutkan. Tanpa berpikir panjang aku langsung meraih ponsel dan berbicara dengan seseorang di tempat lain.

Tanpa berpikir panjang aku bersiap-siap secepat yang aku bisa dan melesat segera ke rumah sakit tempat sahabatku dirawat. Perjalanan terasa sangat lambat, aku takut hal yang tak baik itu terjadi. Bayang-bayang itu berkelabat dalam pikiranku, membuyarkan konsentrasiku untuk tetap fokus. Aku, bagaimanapun rapuhnya aku, kali ini aku harus terlihat kuat dihadapannya. Sekali ini saja, aku harus membuktikan kepadanya bahwa aku bisa, aku kuat, aku tak mudah goyah, dan aku sudah berubah. Ya, untuk kali ini dan seterusnya, aku ingin berubah untuk tidak menjadi gadis rapuh lagi.

Derap langkah terseok-seok di lantai berkeramik putih rumah sakit, ditambah aroma khas rumah sakit yang menusuk hidungku. Membuat aku berada di alam transisi antara kehidupan dunia dan akhirat. Masih dengan sisa-sisa tenaga kupercepat langkah kaki menuju kamar pasien di lantai 2 yang mana untuk menemukannya harus melewati beberapa lorong yang sesak dengan keluarga pasien dan penjajal makanan. Akhirnya aku menemukan kamar rawat yang pernah kulihat sekali sebelumnya, kamar yang begitu enggan untuk kumasuki lagi, karena aku takut tak dapat lagi keluar dari sana dengan akal sehatku. Tapi, ya Allah, aku harus kuat demi sahabatku, ya, aku harus kuat demi dia.

Tampak sahabatku yang diam membeku di sudut kamar. Tak sanggup melihat keadaannya yang membuat hatiku sangat miris. Tapi di sudut bibirnya aku masih bisa melihat senyuman kekuatan yang tetap bergulir dari dirinya. Aku merasakan kehangatan sambutan kedatanganku darinya yang tidak berdaya. Aku mendekat padanya dan berbisik lembut di telinga.

“Assalamu’alaikum, ukhty. Maafkan aku, sahabatmu ini yang tak berguna di saat kau membutuhkan seorang sahabat”, jawabku lirih sambil menggigit bibir, menahan isak tangis yang sedari tadi ingin memuntahkan segalanya.

“Sahabatku, aku ingin sekali lagi mengatakan padamu bahwa aku mencintaimu ukhty, aku sungguh mencintaimu karena Allah. Allah yang telah mempertemukan dan menguatkan kita, dalam cinta dan kasih sayangnya. Oleh karena itu, ukhty, kau harus berjuang untuk sembuh demi orang-orang yang engkau kasihi…” kataku perlahan padanya.

Senyumnya semakin mengembang dan perlahan-lahan mulai memudar. Dia tak bisa berkata apa-apa padaku. Pancaran matanya menandakan keikhlasan dan ketulusan, dan kesabaran atas sakit yang dirasakannya. Baru kusadari, kau memang kuat wahai sahabatku. di tengah kelemahanmu kau tetap kuat menghadapinya, bahkan menguatkan bagi orang yang melihatmu. Sungguh, aku malu pada diriku sendiri. Sekali lagi maafkan aku sahabatku.

Innalillah, Allah sungguh sayang padamu sahabatku. dalam senyuman terindahmu kau mengakhiri segalanya dengan indah. Aku mengerti, aku tak butuh jawaban apa-apa lagi saat ini sahabatku, maafkan aku yang terlalu naif menilaimu malam itu. Ya Allah, limpahkanlah rahmatmu kepada sahabatku, mudahkanlah dia ya Allah. Dalam pelukan ukhuwah dan cinta terakhir ini kuakhiri kerapuhanku, aku akan kuat ukhty, aku berjanji.



Melukis Cita dalam Asa




Impianku adalah menjadi seseorang. Awalnya aku tak tahu persis seseorang itu siapa, seperti apa, dimana tinggalnya, dan sebagainya. Yang jelas, seseorang yang aku impikan itu adalah dia yang punya mimpi besar dan sudah mewujudkannya. Dulu pernah aku berpikir menjadi astronot, menjadi dokter, menjadi pilot, dan menjadi yang lainnya. Dan kini impian itu hampir kugenggam, menjadi seorang dokter.

Namun seiring berjalannya waktu, dengan fakta dan realita yang berserakan di media-media mainstream saat ini cukup pelik bagi profesi dokter. Mengapa hal ini bisa terjadi? Padahal dulu profesi dokter begitu wah, begitu dihormati dan mendapatkan tempat khusus di hati masyarakat. Akankah anggapan masyarakat saat ini juga akan sama terhadap dokter atau berbeda? Atau akankah masyarakat tetap mempercayakan dirinya ‘seutuhnya’ kepada dokter untuk mencapai kesembuhan?

Pergeseran nilai-nilai yang dianut dalam kehidupan sehari-hari saat ini cukup berpengaruh signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia dan profesi yang dilakoninya. Semakin maju suatu negara maka akan semakin maju pula pola pikir masyarakatnya. Jika dahulu masyarakat sangat percaya pada dokter dengan segala kondisi yang akan terjadi. Kesembuhan mendatangkan ucapan terima kasih dan rasa bangga kepada sang dokter, kemalangan berujung pada kesabaran dan ketabahan keluarga pasien dan menyakini bahwa itu sudah menjadi ajalnya. Akankah dokter akan tetap diterima dengan legowo oleh masyarakatnya saat ini?

Anggap saja sebagian masyarakat masih mempercayakan persoalan kesehatan dan penyembuhannya kepada dokter. Tapi bagaimana dengan sisi lain yang berseberangan, yang dapat dikatakan memiliki motif tertentu yangg berbeda-beda. Media akhir-akhir ini begitu sigap dan lincah memberitakan malpraktik dokter. Apakah malpraktik itu identik dengan dokter yang melakukan kesalahan terapi pada pasien sehingga menyebabkan pasien meninggal atau cacat? Lalu bagaimana dengan kesalahan yang terjadi pada praktik lainnya, semisal praktik bidan, perawat, dll yang masih sealiran dalam bidang kesehatan, atau pada praktik lainnya secara teknis?

Sebenarnya dokter bukanlah manusia yang sempurna, ia hanyalah manusia biasa yang dapat berbuat kesalahan atau kekhilafan. Tapi aku yakin semua dokter pasti berusaha untuk meminimalisir kesalahannya, dengan terus belajar dan belajar dari kesalahan yang ada. Terkadang permasalahan dalam terapi tak serta merta merupakan kesalahan dokter. Dalam prinsip terapi, ada trias terapi yang tak boleh dilupakan oleh siapapun, baik itu si pengobat yakni dokter maupun si penerima obat yakni pasien.

Pertama, dokter harus melakukan pengobatan sesuai dengan protap (prosedur tetap)nya. Mulai dari anamnesis/ mewawancarai pasien terkait dengan keluhannya hingga tatalaksana hingga follow up pada kasus biasa. Beda lagi pada kasus emergensi, tentunya pasien tak perlu ditanya-tanya terlebih dahulu mengingat ‘time is muscle’ pada kondisi kegawatdaruratan.

Kedua, pasien dipastikan mendapatkan terapi yang tepat. Tak jarang terjadi kasus yang mana karena kekhilafan menyebabkan salah pemberian obat, atau salah melakukan pemeriksaan, bahkan salah melakukan tindakan di meja operasi. Hal-hal detail yang kurang diperhatikan tapi berdampak fatal seharusnya bisa diminimalisir. Hendaknya teamwork antara dokter, apoteker, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya dapat mengurangi KTD (Kejadian tidak Diharapkan) di rumah sakit.

Ketiga, pasien merupakan faktor utama penentu dalam keberhasilan terapi. Jika saja pasien tidak mematuhi nasehat dokter, jadwal minum obat, dosisnya, kapan follow upnya, maka terapi akan sulit bagi pasien. Pasien yang kurang kooperatif kadangkala tidak patuh berobat karena berbagai faktor, bisa saja karena kondisi ekonomi, anggapan bahwa harapan hidupnya yang kecil, bahkan kurangnya perhatian keluarga terutama pasien lansia. Untuk itu, perlu dicermati lagi ketiga hal di atas agar segala duduk persoalan dapat clear.
Meskipun begitu, tak dapat dipungkiri bahwa jumlah dokter yang masih kurang dan kondisi serta sumber daya pendidikan kedokteran di tiap daerah yang berbeda itulah yang membuat kualitas pendidikan dirasakan kurang begitu ‘mengena di hati’. Saya sengaja menggunakan istilah roman tersebut karena barangkali tak semuanya juga yang merasakan hal yang sama dengan saya dan beberapa teman sejawat lainnya. Pendidikan saat ini yang ditargetkan selesai dalam jangka waktu tertentu, dengan sistem yang menurut saya masih semrawut karena mencontoh langsung sistem pendidikan di negara barat sedangkan belum seluruh mahasiswa di Indonesia ini cocok dengan sistem yang seperti itu. Pelajaran yang terkotak-kotak dalam sistem blok sehingga sulit untuk mengintegrasikannya dengan bidang ilmu lain yang seharusnya tak boleh dipisahkan, ibarat anak ayam dengan induknya.

Sebenarnya patut juga diberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada lembaga pendidikan kedokteran yang ada di Indonesia. Setiap pilihan sistem yang akan diambil dan diterapkan di negeri ini tak mungkin lahir hanya dalam satu malam. Saya yakin, setiap dokter memiliki niat yang ikhlas dan mengharapkan ridho Allah semata dalam menjalankan misi kemanusiaannya. Mendayagunakan asas kebermanfaatan bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Sebab di dunia ini hanya sedikit saja manusia yang beruntung, salah satunya adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain, yang kehadirannya selalu dinantikan, ketiadaannya selalu dirindukan. Suluah bendang dalam nagari, ka pai tampek batanyo, ka pulang tampek babarito.

Sistem merupakan sekelompok elemen yang disatupadukan menjadi satu untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan yang baik dan hasil yang baik maka diperlukan sebuah sistem pendidikan yang baik pula. Sekali lagi, sistem tak serta merta menghasilkan tujuan awal dengan mulus tanpa hambatan. Sistem yang baik sekalipun belum tentu menjamin akan tujuan dan hasil yang baik pula yang akan tercapai. Sistem tak lain dan tak bukan hanyalah sebuah alat, dan manusia adalah pelakon utamanya. Bagaimana mungkin hasilnya akan baik sedangkan banyak yang dipotong dan dipangkas disana-sini, apakah itu dalam bentuk dana pendidikan, gaji, dsb.
Akar permasalahannya tak muluk-muluk. Lihat dan berkaca saja pada diri sendiri, hal sekecil apa yang tak boleh dilakukan tapi kita lakukan, malahan sudah menjadi kebiasaan. Contohnya saja mencontek saat ujian, tidak mau antri, bolos, dan masih banyak lagi contoh lainnya. Simpel bukan? Tapi mental semacam inilah yang jika dipelihara terus-menerus akan membentuk kepribadian yang ‘semau gue’, asal senang semua boleh diembat. Tak masalah.

Saya berharap, termasuk diri pribadi ini dapat mengambil kesimpulan yang ajaib dari sepenggal impian di atas. Ajaib jika saya dan yang membaca langsung berubah menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Sehingga semakin banyak yang membaca tulisan ini semoga semakin banyak yang sadar bahwa hidup ini tak lebih dari sebuah pola. Pola kehidupan manusia mulai dari janin hingga meninggal dunia. Begitupun nilai dan norma dalam kehidupan masyarakat, sekali tercoreng muka maka akan sulit untuk dipercaya selanjutnya. Akan lebih baik lagi jika kita saling mempercayai satu sama lain, dan yang diberikan kepercayaan juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga kepercayaan. Kepercayaan adalah amanah dan wajib dijaga. Sebagai dokter yang diberi amanah oleh masyarakat hendaknya dapat menjalankan amanah itu dengan sebaik-baiknya. Apapun risiko yang terjadi masyarakat akan mengerti.

Tetaplah berjuang dokter-dokter sekalian, teman-teman sejawat kelak. Luruskan kembali niat kita, semoga profesi dokter tak lagi menjadi sorotan utama karena kasus malpraktiknya, tapi dapat menunjukkan prestasi yang gemilang. Asaku, asamu, asa kita semua. Mimpimu dan mimpi sejuta manusia di dunia demi kebermanfaatan bersama.

CINTA




Kenapa harus ada perpisahan jika kita pernah dipertemukan? Kenapa waktu terasa panjang menunggumu disini padahal kau janjikan akan datang beberapa bulan lagi? Apakah nanti disana kau juga akan merindukanku? Atau haruskah aku menyusulmu kesana untuk membunuh segala kerinduanku padamu?

Cinta datang tanpa diminta, pun pergi seketika hati telah terjatuh dalam sedalam palung lautan. Sama halnya dengan pertemuan. Entah ini disengaja atau hanya kebetulan semata, kau dan aku bertemu, dalam dimensi waktu yang berbeda. Cintaku padamu awalnya hanya biasa saja, tapi kali ini lain adanya. Iya, kurasa begitu, setelah kau memutuskan untuk meninggalkanku. Perih, sungguh…

“Relakah kau meninggalkanku disini duhai kasih?” lirihku dalam nestapa.

Sendiri dalam sepi, tanpa kehadiranmu. Kau dan aku yang selalu terbiasa bersama, dalam suka dan duka, berbagi kasih dan cinta. Ya, sekali lagi, itulah cinta, menurutku.

Padahal baru beberapa hari kemarin kau katakan cinta itu, padaku. Sungguh, aku bahagia, senang bukan kepalang. Ingin rasanya kunyatakan kepada seluruh dunia, seluruh umat manusia, tumbuhan, hewan, bahkan malaikat sekalipun bahwa aku sedang jatuh cinta… lebih tepatnya, aku telah menemukan cinta, dan cintaku memang terbalas adanya.

Jadilah aku, semenjak saat itu selalu bersama-sama dengan cinta. Tiada hari tanpa cinta, bahkan dalam mimpi sekalipun selalu ada cinta. Cinta, cinta, dan cinta. Ooh, betapa indahnya orang yang sedang jatuh cinta. Dunia terasa milik berdua. Apapun itu, hariku, dan harimu adalah tentang cinta.

Malam kelam pun terasa indah, terang benderang oleh cinta. Ooh, sang cinta yang mampu mengalahkan rembulan malam. Betapa hebatnya dirimu wahai cinta. Bintang-bintang di langit pun iri padamu, bahkan ada bintang yang sengaja jatuh dan memohon agar diberikan cinta. Sungguh, cinta yang maha cinta.

Uniknya Hati yang tak Pernah Memiliki





Setiap orang punya jalannya sendiri. Aku, kamu, dia, mereka semua punya berbagai cara untuk meraih keinginannya. Kadang aku merasa dunia begitu tak adil. Aku melihat dia yang begitu mudahnya seperti membalikkan telapak tangan, langsung meraih yang dia inginkan dalam waktu singkat. Sedangkan aku, yang sudah membuat planning sejak awal dan tertatih di tengah jalan bahkan sempat terhenti, mengulang berkali-kali, jatuh dan kadang butuh waktu lama untuk berdiri, dengan cara begitulah baru aku mendapatkan apa yang aku inginkan.

Huh, dunia ini memang aneh kurasa. Bukannya aku iri atau dengki, tapi inilah yang baru saja kurasakan. Aku turut berbahagia dengan kemudahan yang kau dapatkan kawan. Tapi salahkah aku jika aku sedikit kesal? Kesal karena ketidakberdayaanku dan kesia-siaan waktuku yang terbuang banyak selama ini? Padahal tak cukup sebulan mungkin kau mempersiapkan segalanya. Dan kau langsung mendapatkannya dalam seminggu saja. Sedangkan aku? Dari tahun lalu sudah aku usahakan, berderai tangis yang menjadi-jadi karena kesalahan yang kulakukan, dan berkali-kali harus kuulang semua yang sudah kulakukan. Huh, sekali lagi ini memang lucu, lucu sangat.

Dan hanya waktulah mungkin yang bisa menjawab, kenapa setiap orang memliki jalannya sendiri. Padahal tujuan yangg dicapai sama, persis malah. Tapi usaha, kesempatan, bahkan faktor keberuntungan mungkin yang membuat segalanya serba bisa atau tidak. Terkadang aku tak mengerti mengapa semua ini berjalan seperti ini. Entah apa yang terjadi dalam lika liku kehidupan manusia yang rumit, aneh, dan unik. Tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata memang. Tapi kali ini haruslah kusadari bahwa aku, bahwa aku memang harus memperbanyak sabar dengan segala ini.

Ya Rabb, jika saja aku kondisiku seperti dia. Alangkah nikmatnya. Tapi ya Rabb, seperti yang sudah-sudah untuk bersyukur itu memang selalu dimulai dari hal kecil. Aku harus bersyukur meski sulitnya jalan yang kutempuh untuk menjelajahi hingga aku bisa sampai di tahap itu sungguh keberuntungan bagiku. Karena sebenarnya masih bisa kulihat dia yang lain yang masih berjuang menapaki jalannya sendiri, masih berusaha. Ya Rabb, jadikan aku orang yang syukur, bukan kufur nikmat.

Sekali lagi kucoba untuk merendahkan hati, ambil saja hikmahnya. Kesulitan bertubi-tubi yang kuperoleh memang adalah sebuah nikmat yang lezat saat telah melewatinya. Dan bukankah kau sendiri tau bahwa kau memang suka tantangan, petualangan? Yap, mulai saat ini, jangan lagi iiri dan sedih terhadap kebahagiaan dan kesuksesan orang lain yang begitu mudah didapatkannya. Setiap kita punya kapasitasnya masing-masng. Setiap kelebihan ada kekurangan dan begitupun sebaliknya. Semoga hati ini bisa lebih legowo menerima kesuksesan orang lain dan bersabar terhadap diri sendiri. Bersabar tapi tetap berikhtiar. Semangat tiada henti!

PRODUCTIVITY OF SLEEP



This is about Sleep...


Yeah, akhirnya setelah sekian lama galau dengan yang namanya tidur. Akhirnya, aku menemukan jurus ampuh untuk tidur. You know lah, biasanya orang-orang kebanyakan punya anggapan bahwa hanya insomnia saja yang merupakan gangguan tidur. But, beda banget dengan aku. Ibarat kayak nobita di filmnya doraemon itu lhoh, baru terkapar saja entah itu di kasur atau di lantai bahkan di atas meja belajar, langsung deh cap cus tidur. Nah, itulah yang aku alami, meski gak separah nobita juga sih.

Aku yang ngakunya mahasiswa, tapi gak tahan sama yang namanya begadang. Oh no, pokoknya complicated banget lah. Segala cara telah kucoba untuk mengusir kantuk ini, tapi apalah daya ku hanya seorang manusia biasa.... hihi. Bersenandung ria sedikit tak apa-apalah ya. Tapi, intinya adalah selama aku kuliah, aku tuh yang dulunya benci banget begadang yah mau tak mau harus begadang. Yang biasanya tidur jam 9 malam sekarang irama sirkadian udah gak karuan. Kadang jam 12 malam, jam 1 atau jam 2 pagi baru tidur. Huhuhu, gak kebayang juga. Biasanya aku yang gak suka sama yang namanya kopi, akhir-akhir ini terpaksa dan berubah jadi penikmat kopi, entah itu kopi hitam kental atau cappucino. Pokoknya, sekali-kali berkunjung ke kamar kos aku yang kecil mungil, kalian bakalan nemuin berbagai jenis kopi dan cappucino, mulai dari kopi jahe, kopi ginseng, torabika cappucino, dll. Hmm... khusus buat kalian gratis deh, tapi ntar kalo udah diseruput habis bayar yaa...

Yeah, balik lagi ke persoalan pertama. Ini tentang tidur, atau nama keren beken di kampung saya itu namanya “lalok”. Berawal dari iseng-iseng membongkar file-file di lappy ku yang unyu, tak sengaja mata ini tertuju pada sebuah pdf yang berjudul “Bagaimana Tidur Sebentar Banyak Energi”. Wow wow wow, ini banget nih yang lagi kucari-cari. Langsung saja kubuka pdf itu dan ternyata itu adalah ebook berbahasa Inggris. Alamak, semangat membaca agaknya mengendor. Yah, habisnya pake bahasa keren sih, aku kan belum keren-keren amat. Tapi karena aku penasaran banget, ya sudah akhirnya aku baca juga halaman per halamannya dengan tabah dan jumawa. Wah wah wah. Ebook yang berjumlah 70 halaman itu berhasil kubabat habis sekitar 4 jam. Oke, tak apa. Yang penting ngerti dan bisa diaplikasikan. Mau tau? Serius ni? Mau tau aja apa mau tau banget? Yuks kita check recheck and review again!!

Yang pertama, kata tu ebook kita sebenarnya bisa aja sedikit tidur, tapi tetap full energi. Kuncinya itu adalah tidur kita yang sikit itu harus berkualitas. Nah, kan udah pada tau ya kalo selama tidur tu ada beberapa step yang akan kita jalani. Mulai dari step 1-5. Step 1-2 permulaan tidur, step 3-4 ini yang disebut deep sleep (tidur dalam) dan step 5 itu yang disebut REM (Rapid Eye Movement). Disini gak akan dijelasin detail ya apa-apa aja step itu. Cuma yang jadi catatan disini itu, yang terpenting yang harus kita perhatikan agar tidur berkualitas itu adalah deep sleep. Jadi sebisa mungkin kita itu pas tidur mencapai step 3-4.

Nah, pada kasus orang yang insomnia, otomatis mereka tu susah tidur ya. Untuk masuk tahapan 1-2 aja susah, gimana mau masuk tahap deep sleep. Biasanya orang insomnia itu di dalam pikiran dan jiwanya ada sesuatu yang mengganjal, atau bisa juga dikatakan stress. Baik itu stress dalam pekerjaan, urusan rumah tangga, pendidikan, dll. Stress yang terlalu dipikirkan itulah yang mengganggu tidur, karena meskipun badan udah di atas kasur, tapi pikiran melayang entah kemana. Mencoba fokus untuk tidur tapi yang ada malah keingat urusan-urusan yang belum selesai. Mencoba rileks tapi tak bisa, seolah selalu saja pikiran sibuk berkecamuk dalam kepala tiada hentinya. Padahal sudah mencoba untuk tidur, sudah menyiapkan kasur dan selimut yang nyaman, tapi tetap saja setengah jam atau beberapa jam belum bisa tertidur. Nah, ini apa yang salah ya?

Intinya, kalau orang yang susah tidur tu jangan langsung cari jalan pintas dengan minum pil tidur. Sekali-kali hindari, karena efeknya buat kesehatan tak baik. Pun juga begitu, bagi saya yang malah ingin sekali meringkas jam tidur dengan sering mengkonsumsi kopi atau kafein, eh ternyata itu juga semacam junkfood katanya disana yang kurang baik juga untuk kesehatan. Apalagi kalau dikonsumsi jangka lama. Nah, ada tips nya juga supaya hemat waktu tidur dan keesokan harinya full energy.

Sebenarnya tiap-tiap kita ini punya jam alarm masing-masing. Alarm alami tubuh yang mengatur irama sirkadian kita sehari-hari. Kapan kita mulai mengantuk dan kapan kita terjaga dari tidur. Tak heran kadang kita menemukan orang yang tiap harinya selalu bangun persis di jam yang sama tanpa perlu alarm. Sekali lagi, ini bukan karena hal yang instan, tapi ini bisa terjadi karena sebuah proses yang berkesinambungan dalam rangka menjaga balance irama harian kita itu. Menjaga respon tidur dengan baik.

Tak dapat dipungkiri di tubuh kita ada semacam hormon yang berperan dalam mengatur tidur, namanya hormon melatonin. Hormon ini dihasilkan di otak tepatnya di glandula pineal dan produksinya dipengaruhi oleh cahaya (dalam hal ini cahaya alami matahari lebih berperan penting dibandingkan cahaya lainnya seperti lampu, lilin, dll). Nah, saat malam menjelang, matahari hilang kembali ke peraduannya, bulan bersinar samar-samar bak intan berkilauan, kegelapan sang malam datang mencekam, saat itulah sang hormon melatonin mulai berkuasa. Mengepakkan sayap-sayapnya di sekujur tubuh manusia yang lelah dan letih, sambil mengeluarkan jurus ampuhnya menaklukkan manusia dengan meningkatkan produksi hormon melatoninnya dan akhirnya manusia terkapar dalam dunia mimpi yang indah. Itu dia sekilas tentang hormon melatonin, sang dewa malam atau yang sering juga disebut Vampire hormone... hihihi

Next, dalam pikiranku berkecamuk bagaimana caranya supaya aku bisa menaklukkan tidurku. Otomatis aku harus menaklukkan sang dewa malam, yaitu hormon melatonin. Nah, akhirnya dari kesaktian dewa malam, aku bisa mendapatkan sedikit jurus ampuh penangkal kekuasaan sang dewa malam itu. Tak lain dan tak bukan adalah sang matahari.. yeay!!!

Jadi, katanya di buku itu, sang matahari itu memiliki kekuatan yang disebut dengan lux. Nah jumlah lux ini ada kisaran waktunya, pagi hari sekitar 10 ribu lux, siang terik mencapai 100 ribu lux, dan sorenya turun lagi 10 ribu lux. Dan cara yang terbaik untuk mengumpulkan senjata lux-lux itu adalah dengan menatap matahari (mengejar matahari). Hmm, nggak seekstrim itu juga kali. Idealnya sih begitu, tapi kan kita tau lah ya kalo menatap langsung sinar matahari itu tak baik untuk kesehatan mata, belum lagi akibat yang disebabkan oleh sinar UV nya. Tapi, tak perlu khawatir, semakin sering kita berada di luar ruangan semakin banyaklah asupan lux yang akan kita peroleh untuk bekal nanti malam. So, meski begitu ya harus mikir-mikir juga jangan sekonyong-konyong langsung berjemur sampai 5 jam di terik matahari, sunburn donk, luka bakar derajat 1 ujung-ujungnya. To the point, outdoor lebih baik daripada indoor, tapi mesti hati-hati juga karena kita yang ada di khatulistiwa ini setidaknya proteksi UV juga...

Terus... apa lagi yaa?? Nah ini dia cara lain yang bisa dilakukan. Yaitu meningkatkan suhu tubuh. Eits, tapi ingat ya rentang suhunya masih dalam batas normal antara 36,5-37,5 ◦C. Jadi khasiat dari suhu tubuh ini adalah saat suhu tubuh sedikit meningkat sekitar 0,2 atau 0,3 nah saat itulah waktu produktif kita karena saat suhu tubuh sedikit naik saat itulah kita bisa beraktivitas dengan baik karena hormon melatonin berkurang. Nah, supaya bisa menaikkan suhu tubuh ya bisa dengan exercise. Dengan olahraga bisa bikin tubuh sehat. Jadi, sekali merangkuh dayung, dua tiga pulau terlampau, sambil menyelam minum susu, hhe. Dan begitu juga sebaliknya, kalo suhu tubuh menurun maka siap-siaplah untuk mengantuk ya. Yowes makanya kalo ngantuk cara jitunya ya bergeraklah.

Langkah selanjutnya adalah, tidurlah bangunlah pada waktu yang sama. Dalam rangka pembiasaan diri dan juga untuk menunjang kedisiplinan diri toh. Aku juga lagi konsen dengan itu, targetnya tidur hanya 6 jam lebih sedikit lah sehari semalam. Dibiasakan setiap hari untuk tidur dan bangun jam yang sama, kalo perlu pake planning gitu. Bikin jamnya, kadang emang pas di awal-awal itu masih susah untuk nentuin jam mana yang aman dan nyaman buat kita. Kalo paginya kita bangun fresh dan segar penuh energic berarti jam nya udah sesuai tu sama irama sirkadian kita. Tapi kalo paginya pas bangun eh malah malas, lemes, tak bergairah, nah coba lagi diatur ya jamnya yang cucok buat kamu-kamu. Karena tiap orang itu beda jam biologisnya.

Trus, the last but not least adalah napping, alias tidur siang. Nah, ini sangat bermanfaat sekali lhoh buat meningkatkan semangat dan tenaga yang sudah habis terkuras saat siang hari. Tak perlu lama-lama, dengan tidur antara 10-45 menit saja kalian sudah bisa mengembalikan gairah kerja setelahnya, asalkan nappingg ini dilakukan di saat yang tepat saat kalian tu lagi capek-capeknya dan butuh istirahat. Selama napping kita sudah masuk stage 1-2 dari tidur itu sendiri, yang mana pada tahap ini terjadi optimalisasi energi tubuh. Tapi ingat ya, jangan sampai kebablasan juga nappingnya. Kalo kalian nappingnya 1-2 jam jangan salahkan kalo-kalo nanti pas bangun merasa malah tambah letih, lesu, kurang bergairah. Karena sebisa mungkin saat napping ini kita tidak memasuki area terlarang stage 3-4 yaitu deep sleep. Karena biasanya tahap itu emang agak lama dan kalo kita bangun terpaksa pada tahap itu, ya gitu deh jadinya. Tidur yang gak puas.

Nah, ada lagi nih fenomena. Kenapa yah kalo kebanyakan tidur lebih dari 8 jam eh malah pas bangunnya gak semangat, alias capek? Nah, kalo tidur berlebihan itu sebenarnya malah stage 5 atau REM yang lebih berperan. Dan disana kita akan merasakan dunia mimpi yang berkepanjangan. Mimpi, si bunga tidur yang sering terselip di akhir tahap tidur menjelang terbangun. Dan perlu diingat, tahap REM ini bukanlah tahap yang diinginkan untuk sebuah tidur berkualitas. Jadi, meski tidur banyak tahap deep sleep itu waktunya akan tetap segitu-segitu juga sesuai irama yang sudah ada. Hanya REM saja yang diperpanjang dan itu bukan tidur yang efektif dan efisien.

Finally, this is the last of this story. Sekilas cerita pendek tentang tidur, si bunga malam. Dan semoga saja setelah ini kita semua dapat lebih bijak dalam tidur. Ya, mau tidur berapa jam pun asal berkualitas pastinya.



From: Postawski, Kacper M, 2004. Powerfull Sleep- Secrets of the Inner Sleep Clock. PowerfulSleep.com

6 TIPS RAMADHAN PRODUKTIF




Alhamdulillah, tak terasa sudah H-50 saja menjelang kedatangan bulan Ramadhan. Ya Allah, semoga saya dan kita semua muslimin dan muslimat disampaikan dan dipertemukan dengan bulan Ramadhan, Aamiin. Serta tetap diberikan nikmat iman, nikmat kesehatan, dan nikmat kesempatan untuk mereguk sebanyak-banyaknya pahala dan maghfirah dari Allah SWT, aamiin ya Rabb.

Belum lengkap rasanya bila momen bulan Ramadhan yang hanya sekali setahun kedatangannya ini tak disambut dengan persiapan yang matang. Mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan saat ini sebelum Ramadhan datang.

Pertama, persiapan fisik. Siapkan fisik sebaik mungkin sebelum Ramadhan. Fisik yang baik dan sehat akan memudahkan kita dalam menjalankan ibadah. Apa jadinya jika saat puasa kita sakit, puasa terganggu dan ibadah juga. Untuk itu, agar fisik kuat berlatih dan berolahragalah secara rutin, idealnya olahraga 3-4 kali dalam seminggu dengan durasi minimal 30 menit. Apapun jenis olahraganya dapat dilakukan, seperti jogging, senam, sepeda, renang, dan sebagainya asalkan tidak ada penyakit tertentu yang menjadi kontraindikasi olahraga.

Kedua, siapkan mental pemenang. Kenapa saya sebut mental pemenang? Memenangkan apa? Maksud mental pemenang disini adalah mental yang sudah dipersiapkan untuk menang. Identiknya bulan Ramadhan menang dalam segi kualitas dan kuantitas ibadah, baik itu puasa, tilawah Al-Qur’an, ibadah malam, dan sebagainya. Pupuklah mental itu sejak dini dengan memperbanyak latihan. Mulai dari puasa sunnah Senin-Kamis tingkatkan, ibadah solat mulai dari yang wajib sampai yang sunnah tingkatkan juga. Dan rutinkan solat malam, Qiyamul Lail. Insyaallah, latihan yang dilakukan kontinu selama lebih kurang sebulan itu akan membentuk habitual yang baik, dan akan mempermudah proses dalam ibadah Ramadhan yang sebenarnya.

Ketiga, perbanyaklah memberi atau bersedekah. “Kenapa harus sedekah? Kan Ramadhan sedekahnya yang wajib bayar zakat fitrah, lho apa hubungannya?” ada banyak manfaat sedekah dalam kehidupan kita. Salah satunya adalah menolak marabahaya yang sewaktu-waktu bisa menghampiri diri kita. Keajaiban sedekah juga banyak diulas oleh beberapa tokoh yang mumpuni dan berpengalaman dalam sedekah. Tak hanya itu, hingga saat ini belum ada sejarahnya orang yang menjadi bangkrut dan miskin lantaran bersedekah. Sedekah ibarat rumus fisika, aksi= reaksi. Saat kita beraksi bersedekah, maka dunia dan seisinya akan bereaksi terhadap sedekah kita. Entah itu dalam bentuk uang, kesehatan, ketenangan hidup, kekayaan hati, dan sebagainya. Jadikan momen sedekah ini latihan untuk membuang penyakit-penyakit hati yang menggerogoti jiwa kita, sehingga pas bulan Ramadhan nanti, sedekah tak lagi merupakan sesuatu yang sulit. InshaAllah!

Keempat, hal yang fundamental bagi seorang anak adalah berbakti pada kedua orang tua. Bersyukurlah jika kedua orang tua kita masih diberikan usia yang panjang oleh Allah sehingga kita dapat menunjukkan cinta dan bakti kepadanya. Jika keduanya telah dipanggil terlebih dahulu oleh Allah, sebagai anak yang sholeh hendaknya kita selalu mendoakan mereka. Sebab amal yang tak terputus hingga akhir zaman salah satunya adalah doa anak yang sholeh. Semoga dengan kebaktian dan ketaatan kita pada orang tua dapat membawa berkah yang lebih pada bulan Ramadhan nanti.

Selanjutnya adalah, perbaiki ukhuwah dan perbanyak saudara. Adakalanya ukhuwah terasa mulai tercabik-cabik karena keegoisan kita masing-masing. Adakalanya salam tak lagi terucap ikhlas, sapa tak lagi tergambar ramah, dan di momen inilah kita perbaiki lagi hubungan dengan teman-teman. Baik itu teman dekat, teman sekolah, kuliah, teman kerja, dll. Mulailah menghubungi mereka atau sekedar menyapa saja bisa lewat media sosial saat ini yang sedang tumbuh subur.

Terakhir, buat kontrak dengan diri sendiri yang isinya targetan ibadah yang akan dilakukan selama bulan Ramadhan, dan hal-hal kurang baik yang harus dikurangi. Contohnya ibadah solat mulai rutinkan berjemaah, solat sunnah diperbanyak, berbagi takjil dengan tetangga dan yang kurang mampu, bersedekah, perbanyak baca al-Qur’an, dan sebagainya. Juga targetan mengurangi hal-hal yang kurang baik yang menjadi kebiasaan kita selama ini, seperti membicarakan orang lain, tidak tepat waktu, bercanda dan tertawa berlebihan, dan lainnya. Sertakan juga tanda tangan kita disana agar sifatnya semi resmi. Sertakan juga beberapa iqob / sanksi jika kita melanggar atau tidak memenuhi kontrak yang ada. Bisa dengan bersedekah atau meningkatkan amalan ibadah 2x lipat, terserah kita tergantung berapa kesanggupan masing-masing.

Semoga tips Ramadhan ini bermanfaat bagi kita semua. Berbahagia saja menyambut kedatangannya sudah dijanjikan Allah mendapatkan ampunanNya, apalagi mempersiapkannya. Wallahu a’lam.


Sindroma Dispepsia pada Remaja



FAKTOR RISIKO SINDROMA DISPEPSIA PADA REMAJA WANITA

Makalah

Oleh,

YESSI ARSURYA
No. BP. 1010312067




FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
TAHUN 2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karuniaNyalah, makalah sederhana ini dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia, pada semester II tahun pelajaran 2013, dengan judul Faktor Risiko Sindroma Dispepsia pada Wanita.

Dengan makalah ini diharapkan penulis serta pembaca dapat memahami apa saja faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mudah terkena sindroma dispepsia, terutama pada remaja wanita. Oleh karena itu, dapat dilakukan tindakan pencegahan dini agar tidak menderita sindroma dispepsia, sehingga kualitas hidup akan lebih baik.

Dalam penyelesaian makalah ini, penulis menemukan beberapa kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari sebagai seseorang yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

Padang, 22 Maret 2013
Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti indigestion atau kesulitan dalam mencerna. Sindroma dispepsia adalah kumpulan keluhan atau gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak, rasa penuh, dan panas pada perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan rasa nyeri dan panas pada ulu hati. Sindroma dispepsia ini sering disebut maag oleh masyarakat awam. Dalam bahasa Belanda maag berarti lambung. Meskipun begitu gejala dari sindroma dispepsia tidak hanya terbatas di lambung saja, karena sindroma dispepsia umumnya terjadi akibat adanya masalah pada lambung dan duodenum (www.lambungsehat.com).

Angka kejadian sindroma dispepsia di masyarakat termasuk tinggi terutama pada usia muda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Reshetnikov (2001) dalam Annisa (2009), pada remaja dengan usia 14-17 tahun didapatkan hasil bahwa remaja perempuan lebih banyak menderita dispepsia daripada remaja laki-laki. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Pada tahap ini remaja banyak mengalami perubahan baik fisik maupun psikis yang akan mempengaruhi perilaku (repository.upi.edu).

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah yaitu apa saja faktor risiko yang berperan dalam sindroma dispepsia pada wanita?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin memaparkan apa saja faktor risiko yang meningkatkan kejadian sindroma dispepsia pada remaja wanita. Metode penyusunan makalah ini adalah dari tinjauan pustaka. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja faktor risiko dari sindroma dispepsia pada remaja wanita. Pencegahan dini terhadap sindroma dispepsia dapat dilakukan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.



BAB II
PEMBAHASAN

Sindroma dispepsia merupakan kumpulan gejala yang merupakan manifestasi klinis dari kelainan pada lambung dan duodenum. Sindroma dispepsia disebabkan oleh banyak hal baik yang berasal dari saluran pencernaan maupun yang berasal dari luar saluran pencernaan. Sindroma dispepsia yang berasal dari saluran pencernaan ialah tukak lambung, gastritis, keganasan lambung, dll, sedangkan yang berasal dari luar saluran pencernaan yaitu hepatitis, pankreatitis, penggunaan obat antiinflamasi jangka lama, diabetes mellitus, kehamilan, irritable bowel syndrome, dll (Djojoningrat, 2009).

Remaja awal erat kaitannya dengan perubahan fisik dan psikis. Pada masa ini remaja akan membutuhkan asupan energi yang lebih untuk menyokong percepatan pertumbuhannya. Menurut Sayogo (2006) dalam Annisa (2009), saat mencapai puncak kecepatan pertumbuhan, remaja biasanya makan lebih sering dan lebih banyak. Setelah itu mereka akan lebih memperhatikan dirinya. Mereka seringkali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan dalam menjaga penampilannya, sehingga dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi.

Remaja cenderung memperhatikan penampilan diri dan tanggapan orang lain tentang dirinya. Jika tidak ada kontrol dan pengetahuan yang baik pada masa ini, seorang remaja dapat mengalami gangguan citra tingkat ringan hingga berat seperti anoreksia nervosa (tidak mau makan atau memuntahkan kembali makanan) (Nelson, 2000 dalam Annisa, 2009).

Faktor risiko yang berperan dalam sindroma dispepsia adalah pola makan dan sekresi cairan asam lambung (Djojoningrat, 2009). Pola makan berhubungan dengan jenis makanan dan keteraturan dalam waktu makan. Selain jenis-jenis makanan yang dikonsumsi, ketidakteraturan makan seperti kebiasaan makan yang buruk, tergesa-gesa, dan jadwal makan yang tidak teratur dapat menyebabkan dispepsia (Eschleman, 1984 dalam Annisa, 2009).

Faktor sekresi cairan asam lambung juga turut mempengaruhi sindroma dispepsia. Asam lambung adalah cairan yang dihasilkan lambung dan bersifat iritatif yang berfungsi dalam pencernaan dan membunuh kuman yang masuk bersama makanan. Peningkatan sekresi asam lambung yang melampaui ambangnya dapat mengiritasi mukosa lambung. Salah satu pencetus peningkatan asam lambung adalah ketidakteraturan makan yang sering dilakukan oleh remaja khususnya wanita. Hal tersebut jika dibiarkan berlangsung lama, dapat menyebabkan rasa tidak enak atau kurang nyaman pada perut, dan berujung dengan sindroma dispepsia.



BAB III
PENUTUP

Terdapat banyak faktor risiko sindroma dispepsia. Faktor risiko yang berperan penting dalam menyebabkan sindroma dispepsia pada remaja wanita ialah pola makan yang tidak teratur dan sekresi cairan asam lambung yang meningkat.

Saran untuk ke depannya adalah diharapkan penulis dan peneliti lain dapat mengembangkan dan mengkaji lebih dalam lagi faktor risiko sindroma dispepsia pada remaja wanita. Sehingga morbiditas bahkan mortalitas dapat diturunkan dan prevensi dini dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup remaja dalam menyongsong masa depan.



KEPUSTAKAAN
Annisa, 2009. “Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia Remaja Perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan”. Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Djojoningrat, D. 2009. “Dispepsia Fungsional”. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V, Jilid I. Jakarta: Interna Publishing. 529.
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_psi_043161_chapter1.pdf, 21.15 WIB, 1 Maret 2013.
http://www.lambungsehat.com/index.php?mod=maag&id=3, 21.42 WIB, 1 Maret 2013.

Senin, 12 Mei 2014

Love will Prevail




by: Yessi Arsurya

Kali ini tulisanku sengaja membahasa tentang cinta. Hal apa lagi yang di dunia ini yang kosakatanya tak pernah lapuk oleh hujan, tak lekang oleh panas. Ada-ada saja cerita dan ide yang mengalir jika yang dibahas itu adalah cinta. Ya, definisi cinta yang hingga kini tak rampung oleh para pakar bahasa, apalagi ahli filosofi cinta. Begitu luasnya makna cinta, sangat luas malahan.


Love will prevail, cinta jualah yang akan membuktikan, memperjuangkan, bahkan rela berkorban karena cinta. Cinta adalah anugerah Allah yang dititipkan pada masing-masing makhluk ciptaannya. Dengan cinta hidup terasa indah, penuh warna, dan limpahan kasih sayang. Akan lebih bermakna lagi merasakan cinta yang hakiki, yaitu cinta yang bukan datang karena nafsu duniawi, melainkan berharap akan cinta Tuhannya. Maka sungguh bijak rasanya muncul puisi-puisi cinta yang menyandarkan cinta kepada sang Pencinta.



Mencintai seseorang itu biasa,

dicintai seseorang adalah sesuatu,

dicintai oleh orang yang kita cinta adalah karunia,

tapi, dicintai oleh Sang Pecinta adalah segalanya



Semoga kita bijak dalam menentukan cinta, kelak cinta akan membuktikan, cinta mana yang sejatinya menjadi tujuan hidup hidup manusia. Dialah cinta kepada Sang Pencinta, yang menciptakan cinta dan kasih sayang sesama. Baik itu cinta kepada orang tua, sanak keluarga, sahabat seiman, pasangan, makhluk ciptaan Allah, dan sebagainya.

Jumat, 09 Mei 2014

Go Teen, Go Early Morning!



By: @yessiarsurya

“Ya Allah, berkatilah umatku di saat mereka bangun pagi”
(Rasulullah SAW)

Guys, apa kabarnya pagi ini? Semangat pagi! Meski seabrek aktivitas melanda kalian dari pagi sampai sore bahkan malam, tapi tetap semangat ya. Semangat pagi, semangat yang tak pernah mati. Semangat pagi dengan sejuta inspirasi tiada henti. Yaps, yang muda yang berkarya, yang rajin bangun pagi, selalu mandi dan tak lupa gosok gigi.

Pagi hari memanglah waktu yang sangat baik dan berkah bagi manusia. Setelah beristirahat semalaman melepas letih, lalu bangun pagi dengan badan yang sehat dan bugar sungguh sebuah kenikmatan luar biasa. Jasmani dan rohani sehat guys, pagi-pagi buka jendela kamar sambil menghirup udara segar, lalu bisa juga belajar menyerap ilmu. Insyaallah, waktu yang hanya sejam atau 2 jam itu kalo dimanfaatkan dengan baik dan kontinu bisa berdaya lejit lho.

Sobat semua yang berjiwa teen, pupuklah kebiasaan bangun pagi sedari dini. Awalnya mungkin memang sulit. Apalagi dalam beberapa penelitian tentang remaja dikatakan bahwa masa remaja memang irama sirkadian / jam biologis tidur sedikit terganggu karena perkembangan hormonal, tidur pun kadang larut malam dan alhasil sering kesiangan. Tapi guys, sebagai seorang teen yang bukan teen biasa so pasti kita bisa!

First, kalian harus tahu dulu apa sih manfaatnya bangun pagi. Bisa ibadah tepat waktu, bikin planning buat hari itu, pokoknya bisa mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik sebelum mengawali hari.

Next, how? Gimana ya caranya biar bisa bangun pagi. Gampang saja, kalian benar-benar niat bangun pagi, terus jangan tidur larut malam, atau kalau memang rada insomnia bisa diatasi dengan minum susu, sedikit olahraga, atau memanjakan diri dengan mandi before tidur. Jangan lupa juga ya, biar lebih afdhol berdoa dahulu, matiin lampu kamar dan set alarm atau minta bantuan seseorang di rumah untuk membangunkan.

The last, apa yang akan kalian dapatkan? Tentunya kalian akan terbiasa dengan bangun pagi guys. Lebih banyak ibadah yang bisa kalian lakukan, mulai dari sholat sunnat Tahajud, tilawah, dll. Kalian juga lebih matang mempersiapkan hari karena your days is today. Pahala dapat, semangat teen juga dapat! Sukses dunia dan juga akhirat! Dengan demikian, generasi teen akan berjaya dalam kobaran semangat dan ruhiyah yang benar!

Jadi guys, tunggu apa lagi. Rasulullah aja mendoakan umatnya yang bangun pagi, siapa sih yang gak mau didoakan oleh Rasul dan dapat syafaat karena menjalankan sunnahnya? So, go teen, go early morning!

Senin, 05 Mei 2014

RINGKASAN PEMBEKALAN KKN UNAND 2014 MAHASISWA KEDOKTERAN



KKN yang merupakan singkatan dari Kuliah Kerja Nyata adalah sebuah program lintas keilmuan yang dilaksanakan oleh universitas. Khusus bagi mahasiswa kedokteran, KKN ini merupakan salah satu wadah bagi implementasi ilmu kedokteran dan juga ilmu-ilmu non kedokteran yang dimiliki atau merupakan hasil dari sharing dalam kelompok KKN yang berasal dari berbagai bidang ilmu. Yang mana penerapan ilmu ini dapat menggerakkan masyarakat dan meningkatkan taraf hidup masyarakat pada umumnya, dan derajat kesehatan masyarakat pada khususnya.

Ada banyak aspek terkait kedokteran yang bersifat holistik yang dapat diaplikasikan dalam masyarakat. Beberapa di antaranya adalah PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat), penyuluhan narkoba, rabies, keluarga berencana, posyandu, UKS, dll. Untuk mahasiswa kesehatan program yang dijalankan dinamakan Nagari Sehat. Dalam hal ini, diharapkan mahasiswa kedokteran dapat berperan aktif dan menjadi pelopor dalam memberdayakan masyarakat khususnya kesehatan masyarakat.

Perlu digarisbawahi, demi suksesnya program KKN dengan waktu selama kurang lebih 1 bulan diharapkan mahasiswa mempersiapkan program dan planning dengan sebaik-baiknya. Memetakan apa saja masalah kesehatan yang ada di desa/ jorong masing-masing, kemudian mengenali potensi sumber daya yang ada, dan memberdayakan masyarakat. Slogan mandiri dalam kesehatan masyarakat yang dapat kita terapkan adalah Sehat tanpa Dokter. Dengan ini diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menerapkan pola hidup sehat mulai dari hal terkecil.

Disini dibutuhkan inovasi dan kreativitas mahasiswa dalam menggali dan mengolah data yang ada, masalah yang ditemukan, dan jalan keluar yang terbaik dalam masalah kesehatan. Disadari bahwa masalah kesehatan tak semata disebabkan karena genetik, lingkungan, atau fasilitas pelayanan kesehatan, namun juga karena faktor perilaku / habitual yang sudah terpatri dalam diri masyarakat sejak kecil. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut untuk mampu mengerahkan seluruh indera yang dimilikinya dalam menjalankan program Nagari Sehat.

Ada beberapa program kesehatan yang ditekankan disini, diantaranya adalah UKS, keluarga berencana, desa siaga, kesehatan reproduksi, dll. Tiga program pokok dalam UKS yang dilaksanakan di sekolaha adalah early detection, health education, dan PHBS. Desa siaga untuk kasus emergensi seperti rujukan ibu melahirkan dengan penyulit, bencana alam, dll. Sehingga AKI (Angka Kematian Ibu) yang juga merupakan salah satu program pemerintah dapat terealisasi dengan penurunan angka minimal.

Selain itu juga ada program inovasi terbaru bagi mahasiswa kedokteran yang dicetuskan oleh dekan yaitu dokter muda mengajar. Seperti programnya Indonesia Mengajar oleh Anis Baswedan, diharapkan dokter muda dapat mengajar di sekolah-sekolah, terutama setingkat jenjang pendidikan SMA. Namun ini hanya sebatas wacana, belum ditetapkan oleh dekan sebagai agenda wajib mahasiswa kedokteran. Juga ada program dari Kemenag pada bulan Ramadhan yang mana jadwal KKN kami bertepatan dengan bulan puasa, programnya adalah Maghrib mengaji. Semoga semua program dapat terlaksana dengan lancar tanpa kendala yang berarti.

Hal penting dalam masalah kesehatan masyarakat layaknya siklus kehidupan yang selalu terjadi berulang-ulang adalah masalah gizi. Jika akar permasalahannya tidak dituntaskan maka akan berlanjutlah siklus tersebut hingga balik ke asalnya. Kekurangan gizi sejak dalam masa kandungan pada janin akibat ibu yang kurang asupan nutrisinya merupakan risiko kesehatan bagi bayi. Baik itu risiko gangguan perkembangan otak, stunting atau anak pendek, dan gangguan metabolik degeneratif. Oleh karena itu, untuk memutus rantai setan tersebut maka perlu diperhatikan 1000 hari pertama kehidupan. Sebab fase ini adalah fase emas untuk menghasilkan generasi yang sehat, dengan memperhatikan asupan nutrisi ibu sejak hamil hingga anak lahir, balita, remaja, dan dewasa.

Dalam kesehatan masyarakat, masalah yang ditemukan sebenarnya multidimensional. Berbagai aspek dalam bidang kehidupan manusia satu sama lain saling mempengaruhi. Bagaimana kondisi kesehatan dipengaruhi oleh faktor ekonomi, kemudian juga oleh pendidikan, adat istiadat, dan lain sebagainya. Disinilah peran mahasiswa kedokteran untuk berbagi ilmu tentang kesehatan dan memberdayakan masyarakat. Tidak mudah memang mengubah pola perilaku masyarakat hanya dalam satu atau beberapa hari. Disinilah dituntut mahasiswa untuk bisa belajar self approaching dalam mencapai tujuan. Bisa dengan melakukan pendekatan pada tokoh-tokoh masyarakat, pemuda, pihak puskesmas, posyandu, kader, dll. Sehingga, masyarakat dapat mengikuti setiap program yang kita rencanakan dengan semestinya dan tepat sasaran.

Semoga dengan beberapa uraian singkat tentang pembekalan KKN Unand ini dapat menambah sedikit wawasan tentang bagaimana KKN dan program apa saja yang dapat dilakukan, terutama bagi mahasiswa kedokteran. Sekian.

by: Yessi Arsurya